Sumber: Antara | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak para pengusaha berinvestasi mengembangkan rumput laut sebagai salah satu komoditas andalan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.
"Kami akan menaikkan anggaran budidaya hingga Rp 330 miliar untuk tahun depan (2016) khusus untuk rumput laut," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Jumat (9/10).
Menurut dia, jumlah tersebut sangat meningkat dibandingkan dengan anggaran yang dialokasikan khusus rumput laut pada tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp 40 miliar.
Menteri Kelautan dan Perikanan mengingatkan bahwa Republik Indonesia memiliki rumput laut hingga 555 jenis yang dapat dimanfaatkan untuk beragam produk.
Belum lagi, lanjut dia, dari 12,1 juta hektare lahan yang bisa digunakan untuk pengembangan rumput laut, baru diberdayakan sekitar 350.000 hektare.
Ia juga menginginkan pengusaha rumput laut dapat berinvestasi dalam membuat pabrik pengolahan rumput laut karena KKP juga berencana membuat hingga sekitar 10 pabrik rumput laut mulai 2016.
Budidaya rumput laut, lanjutnya, juga bakal meningkatkan taraf kesejahteraan bagi anggota masyarakat pesisir di berbagai daerah.
Sebelumnya, pengusaha rumput laut yang tergabung dalam Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menilai bahwa pencapaian hilirisasi akan sulit direalisasikan selama tidak ada kesamaan pemahaman semua pihak, terutama pemerintah tentang wawasan rumput laut dari hulu hingga hilir.
"Sebagai pelaku kami bingung karena aparat pemerintah sering bergonta-ganti personel, sehingga pengetahuannya cenderung harus diperbarui lagi. Tak jarang kebijakan dari pihak yang berwenang juga menjadi kurang tepat," kata Ketua ARLI Safari Azis.
Menurut dia, untuk memajukan komoditas rumput laut nasional terlebih untuk merealisasikan program hilirisasi, membutuhkan visi, misi, serta pengetahuan yang sama tentang rumput laut agar konsep hilirisasi menjadi matang.
Dia menyayangkan banyaknya anggapan yang keliru bahwa rumput laut dapat dijadikan 500 produk. Padahal pengertian sesungguhnya yakni rumput laut dapat digunakan sebagai bahan pencampur pada 500 produk.
Itu pun, tambah Safari, harus diperjelas jenis rumput lautnya seperti apa, misalnya rumput laut jenis Eucheuma dapat diolah menjadi Carrageenan atau rumput laut jenis Gracilaria dapat diolah menjadi agar-agar. "Carrageenan dan agar-agar umumnya merupakan bahan pencampur atau penolong dari suatu produk," tutur Safari.
Minimnya pemahaman aparat pemerintah, kata dia, terkadang menimbulkan informasi-informasi yang tidak kondusif dan akhirnya melahirkan kebijakan yang tidak jelas.
Padahal, untuk mencapai hilirisasi membutuhkan "roadmap" yang cukup jelas dan matang agar bisa menjadi acuan semua pemangku kepentingan sehingga bisa dijalankan dengan konsisten.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News