Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya menekan harga pakan ikan hingga 60% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan, harga pakan ikan saat ini mencapai 70% hingga 80% dari total biaya produksi, khususnya budidaya ikan air tawar.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Slamet Soebjakto mengatakan ada sejumlah upaya yang ditempuh untuk menekan biaya pakan ikan tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan bahan baku lokal untuk pakan ikan, semisal bungkil sawit, eceng gondok, ampas kelapa dan lain-lain.
KKP juga akan mendorong kelompok pakan ikan mandiri (Pokanri) untuk menghasilkan pakan berkualitas sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan kelompok pembudidaya di wilayah secara berkelanjutan," ujar Slamet dalam keterangan tertulis, Kamis (26/5).
Hal ini dikatakan Slamet saat meresmikan Pabrik Mini Pakan Ikan Mandiri di Balai Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBAT) Mandiangin. Dengan investasi sekitar Rp. 1,5 miliar, dan memiliki kapasitas produksi sekitar 200 kg per jam.
Saat ini, melalui produksi pakanikan dari pabrik mini pakan mandiri ini, harga sudah berhasil diturunkan. Pakan ikan yang biasanya dibanderol dengan harga Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per kg, bisa diturunkan menjadi R p5.500 per kg.
Pabrik pakan ikan mandiri merupakan salah satu pabrik pakan yang dibangun untuk mendukung melalui Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari).
“Nantinya, disini akan menjadi pusat pelatihan, perekayasaan pakan termasuk formulasi pakan, pengecekan kualitas pakan dan juga sebagai tempat studi banding bagi masyarakat yang akan mengembangkan pakan ikan secara mandiri,”jelas Slamet.
Selain di Banjarbaru, pabrik pakan ikan mandiri juga di bangun di beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB. Seperti di Sukabumi, Karawang, Lampung, Jambi, Situbondo, Aceh, Lombok, Manado, dan Batam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News