Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan mengemukakan bahwa sinergi KRAS dan Tata Metal menjadi langkah penting dalam memperkuat ekosistem industri baja nasional.
Kolaborasi ini dilakukan melalui entitas anak usaha KRAS, PT Krakatau Baja Industri (KBI).
KBI memiliki keandalan manufaktur dalam memproduksi baja lembaran dingin atau Cold Rolled Coil (CRC) dengan kualitas yang diakui pasar dunia.
Baca Juga: Bursa Buka Suspensi Saham Krakatau Steel (KRAS) Mulai Hari Ini (2/7)
“Ekspor ini tidak hanya memperluas pasar, tetapi juga meningkatkan utilitas pabrik dan memperkuat struktur industri hulu-hilir dalam negeri,” ujar Akbar melalui keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id., Minggu (20/7).
Adapun, KBI memiliki kapasitas produksi CRC hingga mencapai 850.000 ton per tahun. Produk CRC digunakan untuk mendukung industri infrastruktur dan otomotif.
Sebelumnya, KBI telah menggelar ekspor ke Polandia, dan dalam waktu dekat ekspor akan terus dilakukan ke beberapa negara Eropa lainnya.
Akbar menegaskan bahwa pasar ekspor kini menjadi salah satu andalan bagi KRAS untuk mendukung kinerja penjualan. Merujuk pemberitaan KONTAN sebelumnya, porsi ekspor KRAS saat ini masih terbilang mini, yakni sekitar 9% terhadap total penjualan.
Di tengah berbagai tantangan di industri baja nasional seperti kondisi oversupply, produk impor murah, serta proteksionisme global, KRAS pun mengusung strategi perluasan dan diversifikasi pasar ekspor.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Gelar RUPS, Tunjuk Petinggi Bentoel Jadi Komisaris Utama
KRAS ingin memperkuat jaringan pasar di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur dan Timur Tengah.
"KRAS berupaya mengurangi ketergantungan pada pasar yang rawan perubahan kebijakan proteksionis. Pasar-pasar ini memiliki kebutuhan baja yang terus tumbuh, seiring dengan perkembangan infrastruktur dan industri di kawasan," ungkap Akbar.
Pasar ekspor KRAS saat ini menyasar kawasan Eropa (Spanyol, Italia, Belgia, Portugal dan Jerman), Asia Tenggara (Malaysia dan Vietnam), Austalia, Pakistan, dan Turkiye. Dalam upaya melakukan diversifikasi pasar, KRAS pun telah mengirimkan produk hot rolled sebanyak 10.700 ton ke Italia dan Spanyol.
KRAS juga mengirim sebanyak 2.400 ton cold rolled ke Polandia. "Selain negara-negara tersebut, KRAS akan menargetkan pasar baru ke India dan Afrika," ujar Akbar.
Sebagai perusahaan plat merah yang bergerak di industri baja, Akbar menegaskan bahwa fokus utama KRAS tetap memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Terutama untuk sektor infrastruktur, otomotif, energi dan manufaktur nasional.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Gali Potensi Proyek Pipa Bawah Laut
KRAS bersama pelaku industri baja nasional tetap mewaspadai dampak dari hambatan perdagangan ekspor, terutama efek kebijakan tarif resiprokal yang diterbitkan oleh AS.
"Kita tetap perlu waspada akan dampak tidak langsung dari pengenaan tarif Trump, seperti pengalihan impor dari negara lain, termasuk ke Indonesia," ungkap Akbar.
Dus, KRAS dan pelaku industri baja ingin menjaga pasar dalam negeri dari potensi serbuan pengalihan impor sejumlah negara. Adapun, permintaan baja di pasar domestik sangat dipengaruhi oleh sektor konstruksi, otomotif, pengolahan dan manufaktur.
Selanjutnya: SBR014 Serap Rp 2,49 Triliun di Pekan Awal Penawaran, Tenor Pendek Jadi Primadona
Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 6 dengan Layar Dua Mode, Bisa jadi Smartphone Sekaligus Tablet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News