kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konsumsi pakan ternak bakal naik


Senin, 14 Desember 2015 / 10:56 WIB
Konsumsi pakan ternak bakal naik


Reporter: Adisti Dini Indreswari, Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Konsumsi pakan ternak tahun depan diperkirakan melonjak. Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) memproyeksikan secara konservatif, konsumsi pakan ternak tahun depan tumbuh menjadi 17,3 juta ton. Sedangkan proyeksi optimistis mencapai 17,8 juta ton.

Proyeksi itu lebih tinggi dari perkiraan konsumsi tahun ini yang sebanyak 16 juta–16,2 juta ton. "Secara keseluruhan, konsumsi pakan ternak bakal tumbuh 8%," ujar Sudirman, Ketua Umum GPMT kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Menurut Sudirman, kenaikan konsumsi pakan ternak tahun depan sejalan dengan tingginya permintaan konsumsi daging ayam. Sebagai catatan, peternakan ayam mendominasi penyerapan pakan ternak, yaitu sebanyak 46% untuk ayam pedaging dan 40% untuk ayam petelur.

Cuma, Sudirman mengaku belum mengumpulkan informasi soal rencana ekspansi pabrik pakan ternak untuk menjawab kebutuhan pakan ternak yang bertambah. "Yang jelas, minat untuk berinvestasi masih banyak. Bukan hanya yang baru, pabrik yang sudah ada juga ingin meningkatkan kapasitas produksi," katanya.

GPMT mencatat, saat ini ada 84 pabrik pakan ternak yang beroperasi di Indonesia dengan kapasitas produksi secara keseluruhan 21 juta ton. Sudirman bilang, kapasitas produksi pakan tahun ini bertambah 1,5 juta ton.

Namun, di sisi lain, peningkatan konsumsi pakan ternak ini berpotensi memicu lonjakan impor jagung sebagai bahan bakunya. Sudirman memprediksi, kebutuhan jagung tahun depan sebanyak 8,9 juta ton atau lebih banyak dari tahun ini sebesar 8 juta ton.

Kebutuhan jagung tahun ini dipenuhi oleh lokal sebanyak 5 juta ton dan impor 3 juta ton. Sampai dengan Agustus tahun ini, impor jagung tercatat sudah 2,37 juta ton.

Impor jagung melonjak

Sudirman bilang, impor jagung tahun depan bisa jadi melonjak jadi 4 juta ton karena stok jagung lokal tidak mencukupi. "Tapi, kami membatasi impor paling banyak hanya 3 juta ton atau sama dengan tahun ini," ujarnya.

Padahal, saat ini, harga jagung di pasaran dalam negeri juga sedang melambung. Penasehat GPMT Budiarto Soebijanto mengatakan, harga jagung saat ini sudah mencapai Rp 3.800 per kg untuk kadar air 25%. Sementara untuk jagung dengan kadar air 15% jauh lebih mahal, yakni Rp 4.450 per kg. Harga itu sudah masuk dalam harga jagung termahal di dunia dan sejarah Indonesia. "Apa pantas Kemtan memberlakukan peternak ayam membeli harga pakan semahal itu?" tanyanya.

Bahan baku pakan ternak yang ketergantungan impornya juga tinggi adalah bungkil kedelai. Sampai Agustus 2015, impor bungkil kedelai tercatat sudah mencapai 2,57 juta ton. Sudirman memproyeksikan, impor bungkil kedelai tahun depan bakal bertambah 8% seiring pertumbuhan industri.

Hasil Sembiring, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kemtan) menegaskan, saat ini pemerintah tengah fokus menggenjot produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak di dalam negeri.

Menurut Hasil, tahun ini, sudah ada program tambah tanam jagung seluas 1 juta hektare (ha) di seluruh Indonesia. Dari jumlah lahan tersebut, 948.000 ha telah cair anggarannya. Lalu ada 150.000 ha yang sudah tanam dan panen. Sisanya untuk ditanam di lahan sekitar 800.000 ha. "Benihnya sudah di petani dan sudah siap tanam," ujar Hasil.

Selain itu, Kemtan akan memanfaatkan lahan gambut yang terbakar di Kalimantan dan Sumatra untuk dijadikan tanaman pertanian. Di lahan gambut ini, akan ditanam jagung dan kedelai. Untuk tahap pertama, Kemtan meminta lahan gambut 100.000 ha yang sudah terbakar untuk ditanami jagung dan kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×