kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.098.000   -17.000   -0,80%
  • USD/IDR 16.571   109,00   0,66%
  • IDX 8.008   -16,75   -0,21%
  • KOMPAS100 1.116   -7,41   -0,66%
  • LQ45 809   -5,92   -0,73%
  • ISSI 276   0,10   0,04%
  • IDX30 421   -3,05   -0,72%
  • IDXHIDIV20 483   -7,14   -1,46%
  • IDX80 123   -0,71   -0,57%
  • IDXV30 132   -1,87   -1,40%
  • IDXQ30 134   -2,10   -1,54%

Kontroversi Udang Radioaktif, AP5I Minta Pemerintah Terapkan Zero Tolerance


Kamis, 18 September 2025 / 15:54 WIB
Kontroversi Udang Radioaktif, AP5I Minta Pemerintah Terapkan Zero Tolerance
ILUSTRASI. Ilustrasi Udang. Foto: Dok Shutterstock


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku usaha pengolahan dan budidaya perikanan menyoroti langkah pemerintah yang membebaskan peredaran produk udang olahan dari PT Bahari Makmur Sejati (BMS), meski fasilitas pengolahannya sebelumnya tercemar radioaktif Cesium-137 (Cs-137).

Kebijakan ini diambil setelah Badan Karantina Indonesia (Barantin) menerbitkan Sertifikat Pelepasan yang menyatakan produk tersebut aman dikonsumsi.

Baca Juga: KKP Pastikan Isu Udang Radioaktif Tak Ganggu Komoditas Perikanan Lain

“Kami mengingatkan ada konsekuensi besar dari kebijakan ini, baik dari sisi ekonomi maupun kesehatan,” ujar Saut Hutagalung, Juru Bicara Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) dalam keterangan resminya, Rabu (17/9/2025).

Risiko ekspor ke pasar global

Menurut Saut, keputusan pemerintah justru mengirim sinyal negatif ke pasar global, terutama Amerika Serikat (AS) yang menjadi tujuan utama ekspor udang Indonesia.

“Pasar global akan menyoroti bagaimana pemerintah Indonesia sangat longgar terhadap produk perikanan dari fasilitas yang tercemar radioaktif. Ini akan jadi sorotan tajam,” kata Saut.

Baca Juga: Nelayan Tradisional Khawatir Isu Udang Radioaktif Berdampak ke Komoditas Lain

Seperti diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah memerintahkan penarikan (recall) terhadap udang beku produksi BMS yang dijual dengan merek Great Value di Walmart serta beberapa merek lain. Produk tersebut dinyatakan tercemar isotop radioaktif Cs-137.

FDA menegaskan masalah bukan hanya pada udangnya, tetapi juga fasilitas pengolahan yang dinilai sudah terkontaminasi radioaktif.

Meski kadar cemaran pada produk masih di bawah ambang batas konsumsi, FDA tetap menolak peredarannya dengan prinsip zero tolerance.

Respons pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Kerawanan Bahaya Radiasi Radionuklida Cs-137, dipimpin Menko Pangan, untuk memastikan penanganan kasus ini cepat dan transparan.

Sejak 2 September 2025, sebanyak 18 kontainer udang ekspor BMS dikembalikan dari AS (Return on Board) dan sudah tiba kembali di Indonesia.

Baca Juga: AP5I Wanti-Wanti Dampak Kasus Udang Radioaktif Terhadap Ekspor Perikanan Indonesia

Tim gabungan dari Bea dan Cukai, Barantin, Bapeten, BRIN, KKP, dan instansi pelabuhan melakukan pemeriksaan.

Hasil pengujian menunjukkan tidak terdeteksi kandungan Cs-137 dalam produk udang, sehingga Barantin menerbitkan Sertifikat Pelepasan.

Namun, AP5I menilai pemerintah seharusnya lebih transparan dengan menampilkan data kuantitatif hasil uji, bukan sekadar kualitatif.

“Kalau FDA tahu produk ini justru dilepas ke pasar lokal atau bahkan direpackaging untuk ekspor ulang, bisa-bisa seluruh ekspor udang Indonesia diblokir,” ujar Saut.

Sektor strategis terancam

Saut menambahkan, kebijakan longgar berisiko meruntuhkan kepercayaan global pada udang Indonesia.

Padahal, sektor ini strategis karena menyerap ribuan tenaga kerja dan berkontribusi besar pada ekspor.

Baca Juga: Udang Indonesia Tercemar Radioaktif, Pemerintah Tutup Sumber Pencemaran

Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, volume ekspor udang Indonesia pada 2024 mencapai 214,58 ribu ton senilai US$ 1,68 miliar.

Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai eksportir udang terbesar kelima di dunia, setelah Ekuador, India, Vietnam, dan Tiongkok. Amerika Serikat menjadi pasar utama.

“Kalau kepercayaan pasar hilang dan posisi Indonesia digantikan negara lain, akan sulit untuk merebut kembali,” pungkas Saut.

Selanjutnya: Ada Masalah Sabuk Pengaman, Hyundai Tarik 568.500 Palisade di AS

Menarik Dibaca: Bawa Kisah Romansa Rumit & Lucu, Begini Sinopsis Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×