kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Nelayan Tradisional Khawatir Isu Udang Radioaktif Berdampak ke Komoditas Lain


Minggu, 14 September 2025 / 18:10 WIB
Nelayan Tradisional Khawatir Isu Udang Radioaktif Berdampak ke Komoditas Lain
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja memanen udang vannamei di lokasi Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen, Jawa Tengah, Senin (26/6/ 2023). ANTARA FOTO/Idhad Zaakaria/hp. KNTI meminta pemerintah segera mengantisipasi dampak isu udang Indonesia yang ditarik dari pasar Amerika Serikat karena terdeteksi radioaktif.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) meminta pemerintah segera mengantisipasi dampak isu udang Indonesia yang ditarik dari pasar Amerika Serikat karena terdeteksi radioaktif. KNTI khawatir kasus ini bisa merembet ke komoditas lain dan merugikan nelayan kecil.

Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan, mengatakan sejauh ini dampak kasus tersebut masih terbatas pada udang. Namun, Amerika Serikat adalah pasar penting bagi produk seafood asal Indonesia, sehingga perlu langkah mitigasi serius. 

“Upaya mitigasi harus segera dilakukan oleh pemerintah dan pelaku industri (eksportir seafood Indonesia) untuk mengantisipasi agar dampaknya tidak menjalar kepada komoditas lainnya,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (14/9/2025).

Baca Juga: AP5I Wanti-Wanti Dampak Kasus Udang Radioaktif Terhadap Ekspor Perikanan Indonesia

Kasus ini bermula ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) melakukan penarikan (recall) terhadap produk udang beku merek Great Value yang dijual Walmart. Produk tersebut dipasok BMS Foods dari Indonesia dan terdeteksi mengandung isotop radioaktif Cesium-137 (Cs-137).

Dani menjelaskan kondisi tangkapan nelayan belakangan ini sebenarnya relatif stabil. Meski begitu, para nelayan tetap menghadapi tantangan besar, mulai dari perubahan iklim hingga pencemaran laut yang memengaruhi aktivitas melaut. 

“Cuaca selalu menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Risikonya makin besar karena nelayan harus melaut lebih jauh, sementara hasil tangkapan tidak pasti,” terangnya.

Harga ikan di tingkat nelayan, lanjut Dani, masih berfluktuasi dan cenderung rendah karena nelayan kecil lemah dalam posisi tawar. 

“Nelayan tradisional tidak punya informasi dan daya tawar yang kuat terhadap pembeli, baik pengepul maupun pabrik. Negara juga tidak punya instrumen untuk mengontrol harga ikan, apalagi mekanisme cadangan ikan nasional untuk menstabilkan harga,” jelasnya.

Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, Dani optimistis prospek usaha perikanan Indonesia tetap cerah. 

Ia menekankan pentingnya memperkuat tata kelola perikanan tangkap sekaligus mendorong inovasi perikanan budidaya, baik di laut maupun darat. 

“Sumber pangan laut lewat budidaya adalah masa depan ekonomi Indonesia. Dengan laut yang luas, kita punya peluang besar menjadikan perikanan sebagai pilar ketahanan pangan nasional,” pungkasnya.

Baca Juga: Udang Indonesia Tercemar Radioaktif, Pemerintah Tutup Sumber Pencemaran

Selanjutnya: STNK Mati 2 Tahun? Ini Biaya & Dokumen yang Wajib Dibawa

Menarik Dibaca: Daftar 7 Film Biografi Tokoh Dunia Ternama dan Berpengaruh, Sudah Nonton Semua?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×