Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) baru saja menandatangani perjanjian kerjasama (MoU) dengan PT Lotte Chemical untuk membantu realisasi investasi pabrik baru Lotte di Cilegon, Banten. Terungkap bahwa sebagian pembangunan pabrik Lotte menggunakan lahan milik anak usaha KRAS, PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).
Silmy Karim, Direktur Utama KRAS mengatakan bahwa selama ini pihak Lotte mengalami permasalahan untuk mendapatkan lahan di daerah tersebut. Namun masalah dapat dituntaskan dengan bantuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan pihak terkait lainnya untuk mendorong realisasi investasi tersebut.
Baca Juga: Erick Thohir menegaskan teroris bukan bagian dari BUMN
Salah satunya membeli hak guna bangunan (HGB) di KIEC milik Krakatau. "Lotte menggunakan sekitar 60 hektar dari Krakatau sisanya lahan yang lain," terang Silmy ditemui di kantor BKPM, Jumat (13/12).
Sayangnya KRAS tidak memberikan detil nilai kerjasama tersebut, yang jelas kata Silmy kerjasama ini membuka komitmen yang akan berdampak positif bagi KRAS pula. "Tentunya KRAS sebagai industri baja bisa berpartisipasi untuk menyuplai kebutuhan baja pabrikan, lalu konstruksi dan di kawasan industri kami juga tersedia layanan air, pelabuhan bahkan logistik," katanya.
Seperti yang diketahui, selain memiliki lini bisnis baja KRAS juga punya beragam usaha lain lewat anak usahanya seperti di bidang air, PT Krakatau Tirta Industri. Lebih lanjut Silmy bilang, investasi Lotte yang diperkirakan senilai US$ 4 miliar untuk membangun pabrik diharapkan jadi peluang bagi perusahaan sebagai tetangga kawasan industri tersebut.
Paling tidak perseroan dapat terbantu restrukturisasinya lewat investasi yang tengah digalakkan Lotte tadi. Saat ini kata Silmy perseroan tengah merampungkan restrukturasi dari empat bank.
Baca Juga: Proses restrukturisasi ikut menekan kinerja Krakatau Steel (KRAS) di kuartal III 2019
"Tinggal empat bank lagi, kami berharap tidak lebih dari Januari 2020 bisa kelar," ujarnya. Restrukturisasi diharapkan dapat memperpanjang tenor utang, yaitu mengubah utang jangka pendek menjadi utang jangka panjang yang dapat dicicil lebih longgar.
Dengan nilai utang yang harus direstrukturisasi US$ 2,2 miliar, manajemen mengaku jika itu selesai maka akan membantu dan mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan. "Setelah selesai maka perusahaan bisa nafas dan mengembalikan performance agar lebih baik lagi," kata Silmy.
Soal proyeksi pertumbuhan, baik tahun ini dan tahun depan Silmy enggan berkomentar, yang jelas pasar baja sangat menarik dengan pertumbuhan permintaan tiap tahun mencapai 5%-7%. Jika kebijakan impor baja kian diperketat, Silmy percaya perusaahan dapat memperoleh EBITDA setiap tahunnya kisaran US$ 250 juta sampai US$ 300 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News