Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memiliki banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan menyusul kinerja yang terus merugi. Nantinya KRAS akan masuk ke dalam Holding Pertambangan.
Tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 sebesar US$ 2,49 miliar atau mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Adapun rugi bersih KRAS senilai US$ 74,82 juta menurun dibandingkan 2017 senilai US$ 81,74 juta. Selain itu, KRAS mencatatkan kenaikan pendapatan 20% menjadi US$ 1,73 miliar, dibandingkan 2017 sebesar US$ 1,44 miliar.
KRAS juga mencatatkan beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017.
Sekadar tahu Inalum menjadi salah satu perusahaan yang bakal membenahi kinerja keuangan Krakatau Steel. Hal ini dilakukan setelah KRAS bergabung dalam holding BUMN Pertambangan. Namun, terkait upaya perbaikan kinerja keuangan sepertinya masih akan memakan waktu lama.
Sebab sampai saat ini kajian Inalum terhadap upaya perbaikan itu saja juga akan berlangsung lama. "Semua masih dikaji, masih agak lama," kata Head of Corporate Communication Inalum Rendi Witular kepada Kontan.co.id pada Selasa (16/4).
Sebelumnya Direktur Utama KRAS Silmy Karim mengatakan bahwa agenda utama dirinya setelah ditunjuk Menteri BUMN Rini Soemarno pada September 2018 lalu adalah restrukturisasi utang. Tak hanya itu dirinya juga bakal melakukan efisiensi internal agar menekan beban.
"Baik sifatnya organisasi, struktural, system operating procedure (SOP), ini sederhanakan. ini perusahaan besar, karyawan bisa di atas 10 ribu jadi restrukturisasi harus cermat," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News