Reporter: Nadia Citra Surya | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Jeratan krisis telah memukul industi software lokal maupun dunia. Turunnya daya beli membuat konsumen menggunakan hardware untuk jangka waktu lebih lama dan memilih software bajakan yang jauh lebih murah.
Berdasarkan hasil studi tahun ke-6 International Data Corporation (IDC) mengenai Global Software Piracy Study 2008, di sepanjang 2008, tercatat, industri software Indonesia kehilangan potensi pendapatan hingga US$544 juta. Angka ini naik 32% ketimbang tahun lalu. Sementara, angka pembajakan naik 1% menjadi 85% dan menempatkan Indonesia di posisi 12 dari 110 negara di dunia, atau sama dengan tahun 2007.
Perwakilan Business Software Allinace (BSA) Indonesia, Donny A. Sheyoputra mengatakan, penyebab kenaikan kerugian itu tingginya pengiriman personal computer (PC) ke Indonesia sepanjang tahun itu."Kenaikannya mencapai 100%," katanya. Perinciannya sekitar 48% dibeli oleh personal end users. Sisanya
dibeli oleh corporate end users.
Direktur PT Zahir International, Ismail, berpendapat, studi IDC tersebut menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia masih belum peduli terhadap software legal. Karena itu perlu diupayakan program atau kegiatan lebih keras di level personal end users. “Sementara kegiatan advokasi dan penegakan hukum di level corporate end users sudah bagus,” kata Ismail.
Dari 110 negara tersebut, 57 negara mampu menekan angka pembajakan. Sementara, 36 negara tetap, dan 16 negara mengalami kenaikan angka pembajakan. Untuk kawasan Asia Pasifik, rata-rata terjadi kenaikan angka pembajakan dari 59% menjadi 61%, dengan nilai kerugian mencapai US$15 miliar. Sementara, Eropa Tengah dan Timur, angka pembajakannya turun menjadi 66% dari 68%. Adapun Amerika Latin angka pembajakannya tetap 65%, Timur Tengah-Afrika angka pembajakannya turun menjadi 59%. Sedangkan angka pembajakan di Amerika Utara dan Uni Eropa tetap, yaitu 21% dan 33%.
Negara-negara yang memiliki angka pembajakan di atas 90% adalah Armenia, Bangladesh, Georgia, Sri Lanka, dan Zimbabwe. Sedangkan negara-negara dengan angka pembajakannya paling rendah, atau 20%, adalah Amerika Serikat (AS), Jepang, Selandia Baru, dan Luxembourg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News