kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Krisis, Tahun ini Impor Biji Kakao Capai 40.000 ton


Selasa, 18 Juni 2013 / 07:15 WIB
Krisis, Tahun ini Impor Biji Kakao Capai 40.000 ton
ILUSTRASI. Berikut tips yang bisa Anda ikuti untuk merapikan gudang yang berantakan.


Reporter: Maria Elga Ratri, Handoyo | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Industri pengolahan kakao lokal tumbuh pesat. Maka kebutuhan bahan baku biji kakao semakin meningkat. Bahkan, menurut Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), kemungkinan impor biji kakao tahun ini akan mencapai 40.000 ton, naik 33,3% dari tahun lalu 30.000 ton.

Zulhefi Sikumbang, Ketua Askindo mengatakan, saat ini produksi kakao nasional hanya sekitar 500.000 ton. Sekitar 76% dariproduksi tersebut dilah di industri lokal dan 24% lainnya diekspor dalam bentuk biji. "Tahun ini kita masih ekspor biji kakao 120.000 ton," kata Zulhefi. Menurut Zulhefi industri pengolahan kakao lokal masih akan kekurangan pasokan biji kakao.

Kebutuhan biji kakao oleh industri lokal memang terus naik. Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan mengungkapkan, tahun ini setidaknya ada enam pabrik pengolahan kakao baru. Adapun, total kapasitas industri pengolahan kakao akan mencapai 430.000 ton. Sedangkan pasokan biji kakao yang tersedia di dalam negeri hanya sekitar 380.000 hingga 390.000 ton. "Kebijakan bea keluar (BK) terbukti telah mengembangkan industri hilir," kata Gita.

Penerapan BK juga membuka peluang yang lebih besar kepada para petani kakao karena mereka dapat menjual produk biji kakao tidak hanya kepada para pedagang atau eksportir, tetapi juga langsung kepada industri pengolahan kakao dalam negeri.

Berdasarkan perhitungan dari Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), kebutuhan industri hilir kakao akan semakin besar. Tahun depan, kapasitas produksi industri olahan kakao bisa naik mencapai 510.000 ton. "Jika produksi tidak naik, impor biji kakao tahun depan bisa mencapai 100.000 ton," ungkap Zulhefi.

Untuk mencukupi kebutuhan bahan baku industri hilir, Zulhefi meminta kepada pemerintah untuk melakukan upaya efektif untuk meningkatkan produktivitas petani kakao. Setidaknya, butuh 1.000 tenaga penyuluh untuk mensosialisasikan kepada petani tentang cara merawat tanaman kakao. "Jadi ada transfer teknologi," kata Zulhefi.

Persoalan utama produksi kakao, kata Zulhefi terletak di produktivitas. Untuk luas areal lahan kakao, kata Zulhefi tidak perlu ditambah. Saat ini, produktivitas petani kakao rata-rata umumnya hanya 300 hingga 400 kilogram (kg) per hektare (ha). Padahal, jika ditingkatkan menjadi 1000 kg per ha, produksi kakao bisa mencapai 1,5 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×