Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pada tahun ini, Perum Bulog menargetkan bisa menyerap 3,2 juta ton setara beras. Sampai saat ini, stok beras yang tersedia di gudang Bulog mencapai hampir 2 juta ton setelah sebagian dikeluarkan untuk kebutuhan beras sejahtera (rastra) dan Operasi Pasar (OP).
Sementara, rata-rata penyerapan beras dan gabah sampai awal Oktober masih di atas 10.000 ton per hari. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penyerapan pada peride sama tahun lalu rata-rata 2.000-3.000 ton per hari dan penyerapan beras pada periode panen raya mencapai 25.000-30.000 ton per hari.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, idealnya total penyerapan setara beras Bulog tahun ini sebesar 3,8 juta ton. Itu didasarkan pada rata-rata kebutuhan beras sejahtera (rastra) per bulan sebesar 250.000 ton, maka dalam setahun dibutuhkan 3 juta ton. Sementara 800.000 ton sisanya bisa digunakan untuk operasi pasar (OP) dan cadangan nasional kalau ada bencana.
"Kalau target penyerapannya hanya 3,2 juta ton, itu berarti hanya 200.000 ton yang disiapkan untuk OP dan cadangan nasional manakala ada bencana," jelas Winarno, Jumat (7/10).
Menurut Winarno, penyerapan 3,2 juta ton itu masih tergolong ideal, tapi dalam kondisi minimal. Kalau ideal maksimal 3,8 juta ton. Menurutnya, kalau penyerapan Bulog masih tinggi di awal Oktober ini, berari Bulog bisa mengejar target 3,2 juta ton atau lebih.
Tapi, ia mewanti-wanti BUMN pangan ini akan kesulitan melakukan penyerapan lagi karena saat ini rata-rata harga beras dan gabah di tingkat petani sudah di atas HPP. Hal itu berkaca dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat ada kenaikan harga gabah pada bulan September sebesar 1,29% menjadi Rp 4.537 per kg.
Menurut Winarno untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sampai akhir tahun akan terpenuhi. Namun, kalau pun ada impor beras, itu bisa digunakan sebagai stok dan buat jaga-jaga kalau terjadi gagal panen atau bencana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News