Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menilai peluang ekspor jagung nasional masih terbuka lebar, seiring dengan ketersediaan pasokan yang melimpah pada tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume ekspor jagung Indonesia melonjak menjadi 6,4 ribu ton pada Juni 2025, dari sebelumnya yang hanya berkisar 0,1–0,2 ribu ton per bulan.
Ketua Umum APJI, Sholahuddin, menjelaskan lonjakan ekspor tersebut terjadi pada periode panen kedua, ketika stok dari panen raya awal tahun masih tersedia dalam jumlah besar.
“Sekitar 60% produksi jagung nasional berasal dari panen Februari–Maret, sehingga stok yang tersisa pada pertengahan tahun dapat dialihkan sebagian untuk ekspor,” ujar Sholahuddin kepada Kontan, Minggu (12/10/2025).
Baca Juga: Produksi Jagung Pipilan Diprediksi Naik 1,19 Juta Ton pada Januari-November 2025
Namun, ia menilai kualitas hasil panen masih menjadi tantangan dalam mendorong volume ekspor secara berkelanjutan.
“Peningkatan ekspor perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas pascapanen. Jagung kita harus dikeringkan secara mekanis agar kadar airnya sesuai standar ekspor,” ujar Sholahuddin.
Ia menyebut sebagian besar petani masih mengandalkan pengeringan manual, yang tidak efisien untuk skala besar dan menghasilkan kadar air tidak seragam.
Oleh karena itu, Sholahuddin mendorong agar Bulog dibekali fasilitas mekanisasi seperti silo dan dryer guna menampung serta mengolah hasil panen petani secara lebih optimal.
“Kalau Bulog punya silo dan dryer, mereka bisa membeli jagung petani dalam kondisi kadar air berapa pun. Dari situ, baru bisa dijaga kualitas dan kontinuitas ekspor kita,” tegasnya.
Meski demikian, Sholahuddin menilai potensi ekspor jagung tahun depan masih cukup besar.
Baca Juga: BPS: Luas Panen Jagung Turun 10,04% Jadi 0,23 Juta Hektare per Agustus 2025
Optimisme itu didukung oleh proyek penanaman jagung di lahan seluas 1 juta hektare yang digagas Polri, dengan target produksi mencapai 10 juta ton pada tahun ini.
Sholahuddin mengatakan produksi jagung di daerah juga meningkat. Di Lamongan misalnya, hasil panen sudah mencapai 8–9 ton per hektare, jauh di atas rata-rata nasional 5–6 ton.
“Produksi kita sudah bagus, harga juga stabil di kisaran Rp 5.000 – Rp 6.000 per kilogram. Sekarang tinggal bagaimana memperkuat pengolahan pascapanen agar standar kualitasnya setara dengan permintaan luar negeri,” ujar Sholahuddin.
Ia menjelaskan, sebagian besar ekspor jagung Indonesia saat ini masih ditujukan ke negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Malaysia.
“Secara keekonomian lebih efisien karena jaraknya dekat. Selain itu, jagung kita juga lebih fresh dibandingkan produk dari Amerika yang umumnya sudah lama disimpan,” jelasnya.
Baca Juga: Prabowo: Setelah Puluhan Tahun Indonesia Kembali Ekspor Beras dan Jagung
Selanjutnya: OJK dan AFPI Mendorong Akses Keuangan Lebih Luas Untuk Penyandang Disabilitas
Menarik Dibaca: Cara Mengelola Keuangan yang Tepat demi Mencapai Kebebasan Finansial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News