kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kuartal III-2019, e-commerce besutan lokal masih perkasa


Kamis, 17 Oktober 2019 / 19:50 WIB
Kuartal III-2019, e-commerce besutan lokal masih perkasa
Kuartal III-2019, e-commerce besutan lokal masih perkasa


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta persaingan e-commerce di pasar domestik kian riuh, berdasarkan riset Iprice terbaru, persaingan pasar e-commerce di Indonesia masih dikuasai pemain lama. Tokopedia pada kuartal III tahun ini menguasai 25% pengunjung desktop atau setara dengan 65,95 juta pengunjung.

Shopee mengekor di posisi kedua dengan penguasaan pasar 21% dengan rerata kunjungan 55,96 juta pengunjung, kemudian disusul Bukalapak dengan 42,87 juta pengunjung, Lazada 27,99 juta pengunjung, Blibli dengan 21,39 juta, JD.ID dengan 5,52 juta dan Bhinneka dengan 5,04 juta pengunjung, Sociolla 3,99 juta pengunjung, Orami sebanyak 3,91 juta pengunjung dan Ralali sebanyak 3,58 juta pengunjung.

Dari sepuluh teratas pemain e-commerce besar nyatanya start up besutan lokal masih mampu menguasai, hanya saja pangsa pasarnya tak terlalu besar. Asal tahu setengah dari 10 daftar e-commerce terbesar itu mendapatkan suntikan dana dari investor Tiongkok, misalnya Shopee dari Tencent, Tokopedia dan Lazada mendapat suntikan dari Alibaba dan JD ID dari JD.

Baca Juga: Ditjen Pajak akan bekerjasama dengan BI untuk data e-commerce

Christin Djuarto, Director Shopee Indonesia menyebut bahwa jumlah penjual aktif di Shopee mencapai lebih dari 2,5 juta orang. Asal tahu saja, banyak e-commerce yang menguasai pasar domestik mendapatkan suntikan dari investor asal Tiongkok.

“GMV Kami di kuartal II mencapai US$ 3,8 miliar tetapi itu untuk regional, kami hampir tidak pernah mengeluarkan data khusus Indonesia. Tetapi active seller di Indonesia lebih dari 2,5 juta orang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (17/10)

Sementara itu, Bukalapak masih menganggap capaiannya cukup baik. Menurut perusahaan besutan Achmad Zaky ini peta persaingan e-commerce secara relatif sudah memiliki pasar masing-masing. Karena tidak beririsan tersebut, manajemen lebih fokus untuk menggarap segmen komunitas miliknya.

Baca Juga: Penerimaan pajak UMKM merosot pasca tarif diturunkan jadi 0,5%

Teddy Oetomo, Chief of Strategy Officer Bukalapak menyampaikan menjadi sustainable e-commerce selain mencatat kenaikan pertumbuhan GMV pihaknya juga melangkah lebih jauh dengan menghasilkan kenaikan dalam monetisasi. Perusahaan juga berfokus untuk memperkuat profitabilitas yang terus berjalan.

“Gross profit kami di pertengahan 2019 naik tiga kali dibandingkan pertengahan 2018. Kami mengurangi setengah kerugian dari EBITDA selama 8 bulan terakhir ini,” ujarnya.

Asal tahu saja, sampai semester I Bukalapak mencatatkan annualized run rate paid GMV sebesar US$ 5 miliar dengan lebih dari 2 juta transaksi per harinya. Perusahaan terus mengembangkan Mitra Bukalapak yang sudah mencapai 2 juta mitra yang tersebsar di 477 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

Sementara itu, market leader yakni Tokopedia mencari pendekatan yang berbeda. Perusahaan yang sudah memiliki 90 juta pengguna tersebut mulai melihat potensi menggarap segmen pedesaan.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×