kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kuatkan lagi industri baja dalam negeri


Senin, 09 April 2018 / 11:45 WIB
Kuatkan lagi industri baja dalam negeri


Reporter: Agung Hidayat, Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri baja Tanah Air masih gundah. Banyaknya proyek infrastruktur pemerintah tidak signifikan menyerap pasar baja lokal.

Purwono Widodo, Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Besi dan Baja Indonesia, mengatakan, perlu ada koreksi dari pemangku kepentingan agar dapat mendorong peningkatan konsumsi atau penggunaan baja yang lebih besar lagi. Dibanding negara tetangga, penggunaan baja di Indonesia masih rendah. "Konsumsi per kapita Indonesia masih 50 kg per kapita, jauh dari negara ASEAN lain," ujar Purwono kepada KONTAN, Minggu (8/4).

Di tengah minimnya penyerapan pasar tersebut, industri baja dibayang-bayangi tingginya produk impor baja dengan harga lebih murah karena praktik perdagangan yang curang (unfair trade).

Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) masih longgar, sehingga memunculkan pedagang baja nakal. "Produsen yang memproduksi barang standar harus bersaing dengan baja-baja tidak terstandar," kata Purwono.

Pemerintah memang tak tinggal diam dan sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan No.27/PMK.010/2018 tentang Pengenaan Bea Masuk Antidumping terhadap Impor Produk Steel Wire Rod dari Tiongkok. Besaran bea masuk antidumping antara 10,2%–13,5%. Aturan itu diundangkan 3 April 2018 dan berlaku 14 hari sejak tanggal diundangkan. Artinya berlaku pada 17 April 2018.

Dari sisi regulasi, upaya melindungi produksi baja lokal sudah cukup memadai. Hanya, kontrol atau penegakan hukum masih perlu ditingkatkan. Di sisi lain, beberapa perusahaan berupaya meningkatkan kapasitas produksi. PT Gunung Steel Group misalnya. Perusahaan ini yang bakal menyegerakan pengoperasian fasilitas peleburan biji besi (blast furnace).

Kodrat Setiawan, Customer Relations PT Gunung Garuda yang merupakan Gunung Steel Group mengatakan, pihaknya menggandeng kontraktor asal Jerman, SMS Siemag membangun blast furnace di kompleks industri Gunung Steel Group di Cikarang. "Tahun depan blast furnace harus jalan," ujarnya.

Kapasitas produksi blast furnace tersebut 700.000 ton per tahun, dapat dimaksimalkan hingga 1,2 juta ton per tahun. Perusahan ini nanti akan akan produksi slab sendiri.

Sementara, Handaja Susanto, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk mengatakan, pihaknya optimistis industri baja Indonesia masih dapat berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×