Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beredar kabar bahwa ada banyak kredit perbankan yang "nyangkut" di perusahaan baja di Jawa Timur. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kondisi industri baja lokal saat ini. Namun asosiasi menyebut kondisi industri baja saat ini justru tengah membaik.
Menanggapi hal tersebut, Purwono Widodo, Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mengatakan bahwa seperti halnya sektor usaha lain pasti ada beberapa di tingkat perusahaan yang gagal dalam investasi atau gagal dalam operasi usahanya.
"Jadi ini juga yang selalu kami klarifikasi ke perbankan jangan karena kasus individual-individual perusahaan terus digeneralisasi mewakili sektor usaha baja," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/4). Karena menurut Purwono, justru saat ini ada banyak Industri baja yang sukses melakukan ekspansi atau penambahan kapasitas serta membangun pabrik baru.
Dibandingkan beberapa waktu lalu, kata Purwono, justru setahun terakhir industri baja global sedang membaik karena berkurangnya kapasitas produksi China. "Memang baru saat ini dengan adanya perang dagang AS-China terutama di baja, barangkali akan ada dampak sampingan yang harus kami antisipasi bersama pemerintah," ujarnya.
Sementara itu perusahaan baja plat merah seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) tengah fokus menyelesaikan dua proyek besar pada tahun ini. Kedua proyek ini adalah proyek bendungan Cipasauran di Banten dan pabrik Blast Furnance Complex di Cilegon.
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Direktur Utama PT Krakatau Steel mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan proyek bendungan Cipasauran Banten di jalur 2 sekitar pertengahan Maret lalu. Saat ini, KRAS sedang memeriksa dan menguji instalasi peralatan yang terpasang (commissioning).
"Jalur 1 direncanakan pertengahan bulan April selesai. Jika jalur 1 ini selesai maka kapasitas PT Krakatau Tirta Industri akan bertambah 600 liter per detik," kata Mas Wigrantoro. Selain bendungan Cipasauran, KRAS juga tengah mengerjakan proyek Blast Furnance Complex atau tungku pembakaran yang diharapkan dapat beroperasi pada tahun ini, tepatnya di semester kedua 2018. Proyek tersebut dapat meningkatkan efisiensi KRAS di sektor produksi baja ini sekitar US$ 58 per ton.
Lain pula dengan Gunung Steel Group yang bakal mengoperasikan fasilitas peleburan biji besi (blast furnace) miliknya. Diharapkan setelah itu, produksi produsen baja dalam negeri ini bakal meningkat.
Kodrat Setiawan, Customer Relations PT Gunung Garuda yang merupakan Gunung Steel Group mengatakan, perseroan ini telah menggandeng kontraktor asal Jerman, SMS Siemag untuk membangun blast furnace di kompleks industri Gunung Steel Group di Cikarang. "Pada tahun depan blast furnace sudah harus jalan," ujarnya
Kapasitas produksi blast furnace tersebut sebesar 700.000 ton per tahun, dengan pengaturan maksimal bisa hingga 1,2 juta ton per tahun. Sehingga perseroan akan produksi slab sendiri dengan furnace elektrik tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News