kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Kurang bahan baku, industri minta impor ikan dibuka


Senin, 16 Januari 2012 / 09:10 WIB
Kurang bahan baku, industri minta impor ikan dibuka
ILUSTRASI. Harga emas Antam naik Rp 1.000 per gram menjadi Rp 955.000 pada Senin (1/2).


Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Dua perusahaan pengolahan ikan pindang atau pemindangan mengaku kekurangan pasokan bahan baku. Dua perusahaan itu adalah
PT Dua Putra Perkasa yang berbasis di Jakarta dan Cindy Group yang berada di Bogor.

Suharjito, Direktur Utama PT Dua Putra Perkasa, menjelaskan, semenjak awal tahun ini, kebutuhan ikan untuk bahan baku pindang mulai menurun. Musim penghujan dan ombak besar membuat hasil tangkapan nelayan melorot sehingga pasokan ikan lokal terus anjlok.

Menurut Suharjito, dibandingkan akhir tahun lalu, pasokan ikan salem ke perusahaannya berkurang 25%. Itulah sebabnya, dia berharap, kran impor untuk ikan jenis tertentu dibuka. "Jika ini berlangsung terus menerus, usaha kami bisa gulung tikar," keluh Suharjito, akhir pekan lalu.

Saat ini, Dua Putra Perkasa memiliki kapasitas pengolahan ikan pindang mencapai 25 ton per hari. Beberapa daerah yang biasa memasok kebutuhan ikan ke perusahaan itu antara lain dari Muncar, Banyuwangi, dan Juwana, Jawa Tengah.

Para nelayan di dua daerah itu, biasanya, memasok sekitar 25 ton ikan per hari. Namun, sejak awal 2012, pasokan berkurang 25% menjadi hanya sekitar 18,7 ton per hari. Untuk menyiasati kurangnya bahan baku, Dua Putra Perkasa mulai menggunakan stok yang mencapai 300 ton.

Stok ikan, menurut Suharjito sengaja disiapkan perusahaan sejak akhir 2011. Namun, dia menghitung, jumlah stok ikan yang tersedia hanya cukup untuk 12 hari ke depan. Apalagi, puncak paceklik ikan diperkirakan baru terjadi pada Februari nanti.

Solihin, pemilik Cindy Group di Bogor, Jawa barat, menambahkan, sampai akhir tahun lalu, pasokan bahan baku ikan bisa mencapai 30 ton per hari. Namun, kini, hanya setengahnya. "Bahan baku sudah mulai sulit," keluhnya.

Seiring pasokan yang berkurang, harga bahan baku ikan pindang juga meroket. Jika akhir tahun lalu harga ikan layang hanya Rp 8.000 per kilogram (kg), kini naik menjadi Rp 9.500 per kg. Sementara, harga ikan tongkol naik dari Rp 7.500 per kg jadi Rp 9.000 per kg. Adapun ikan kembung naik 20% dari Rp 12.500 per kg jadi Rp 15.000 per kg.

Tak heran, seperti halnya Suharjito, Solihin juga meminta pemerintah membuka impor ikan. "Yang kami inginkan untuk impor hanya ikan salem saja," akunya.

E.F. Hamidy, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pindang Ikan Indonesia (Appikando) menambahkan, tak hanya Dua Putra Perkasa dan Cindy Group yang kekurangan bahan baku. "Banyak yang sudah mengeluhkan berkurangnya pasokan," katanya.

Hamidi pun setuju jika pemerintah segera membuka kran impor. Sebab, kondisi cuaca pada Februari yang diperkirakan kian memburuk akan memperparah pasokan ikan dari nelayan lokal. Menurutnya, selama ini, industri pemindangan ikan masih dapat bertahan dengan mengurangi margin keuntungan.

Data Appikando menunjukan, jumlah pelaku industri pemindangan mencapai 65.766 pengusaha dengan kebutuhan bahan baku ikan mencapai 5.261 ton per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×