Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Pahala juga menyebutkan, peningkatan kinerja Pertamina juga tercermin dari arus kas bersih dari aktivitas operasi yang makin kuat yaitu US$ 1,57 miliar. Jumlah itu meningkat sekitar dua kali lipat dari posisi semester 1 tahun lalu, yakni US$ 756 juta.
"Sehingga walaupun terdapat peningkatan pada aktivitas investasi dan pembayaran pinjaman, cash on hand tetap terjaga di level US$7,38 miliar, lebih baik daripada semester 1 tahun lalu," terang Pahala.
Baca Juga: Butuh dana, Perusahaan Gas Negara (PGAS) mengkaji rencana penerbitan obligasi
Sampai dengan akhir tahun ini, Pahala menargetkan Pertamina bisa menorehkan laba sebesar US$ 1,5 miliar- US$ 2 miliar. "Mudah-mudahan angka US$ 2 miliar bisa kami capai. Kami akan berupaya dan memacu terus untuk bisa di atas US$ 2 miliar," tutur Pahala.
Sementara itu, dari sisi kinerja operasional hulu, produksi minyak mentah Pertamina tetap digenjot naik menjadi 413 ribu barel minyak per hari (MBOPD), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 385 MBOPD.
Terkait dengan kinerja operasional ini, Pahala mengatakan bahwa Pertamina berhasil menyelesaikan proyek strategis Proyek Langit Biru Cilacap.
Proyek senilai US$ 392 juta ini telah beroperasi dan menghadirkan BBM berkualitas di Indonesia setara dengan EURO 4 dengan total kapasitas yang meningkat mencapai 1,6 juta barel per bulan.
Baca Juga: Pendataan masih dilakukan, pembayaran ganti-rugi tumpahan minyak ONWJ mundur
Adapun, peningkatan volume penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada semester pertama tahun 2019 mencapai sebesar 34,1 juta KL. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 33,9 juta KL.
Sementara itu, untuk penjualan produk non-BBM juga mengalami peningkatan dari periode sebelumnya sebesar 7,9 juta KL menjadi 8,3 juta KL. Bahkan sejak Mei 2019, avtur dan solar sudah tidak perlu diimpor karena telah dapat dipenuhi dari produksi kilang Pertamina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News