kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lahan diperluas, produksi singkong diproyeksi naik


Jumat, 10 Agustus 2012 / 09:00 WIB
Lahan diperluas, produksi singkong diproyeksi naik
ILUSTRASI. Daftar harga sepeda Polygon anak terbaru Juli 2021 Rp 1 jutaan, ada beberapa model


Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Perluasan lahan tanam diperkirakan bakal memacu produksi singkong pada tahun ini. Data Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) memperkirakan, produksi singkong basah pada tahun ini akan mencapai 25 juta ton. Jumlah itu meningkat 19% ketimbang realisasi produksi tahun lalu.

Ketua I MSI, Suharyo Husen mengklaim, peningkatan produksi itu lantaran bertambahnya lahan perkebunan singkong rakyat. "Di beberapa daerah terjadi perluasan lahan singkong," paparnya, Kamis (9/8) kemarin.

Data MSI memperlihatkan, tahun lalu, luas lahan perkebunan singkong hanya sekitar 1,2 juta hektare (ha). Namun tahun ini diperkirakan meningkat 25%, menjadi seluas 1,5 juta ha.

Dengan lahan yang kian luas, produksi singkong basah tahun ini pun diharapkan bisa bertumbuh 19% dibanding 2011. Beberapa daerah yang mengalami perluasan lahan singkong adalah Kalimantan Timur dan Banten.

Menurut Suharyo, petani getol menambah luas lahan dan menggenjot produksi, karena harga jual singkong ditingkat petani terus naik. Sebagai gambaran, harga singkong mentah saat ini berkisar Rp 400 per kg-Rp 1500 per kg, atau naik 30% dibandingkan tahun lalu.

Selain bentuk mentah, harga jual singkong olahan juga meningkat. Saat ini, harga chips singkong dengan tingkat kekeringan 12% dan ketebalan 3 milimeter (mm) dibanderol sekitar Rp 2.000 per kg-Rp 2.300 per kg, atau naik dibanding harga rata-rata tahun lalu yang di bawah Rp 2.000 per kg.

Sekretaris II Asosiasi Petani Singkong Indonesia (Aspesindo), Rhomy Irawan menambahkan, harga jual singkong di tingkat petani relatif stabil bila dibandingkan tahun lalu. "Bahkan bila dibandingkan harga di tahun 2010, kenaikan cukup signifikan, hingga 40%," ungkapnya.

Menurut Rhomy, sebenarnya permintaan singkong dari kalangan industri cukup besar. Sayangnya, sampai saat ini pesanan itu belum juga bisa dipenuhi petani atau pekebun singkong. Itu karena industri meminta produk olehan singkong berupa chips atau modified cassava flour (Mocaf).

Suharyo menambahkan, saat ini kebutuhan tepung singkong untuk industri mencapai 2 juta ton per tahun, atau setara dengan 9 juta ton singkong basah.

Selama ini, kalangan industri lokal yang paling banyak menyerap chips maupun mocaf, antara lain. Indofood, PT Tiga Pilar dan PT Pangan. Suharyo merinci, setidaknya tepung singkong atau Mocaf yang dibutuhkan Indofood mencapai 1,2 juta ton per tahun. Sedangkan, PT Tiga pilar membutuhkan 300.000 ton per tahun dan PT Pangan sebanyak 50 ton per bulan.

Dirjen Industri Kecil Menengah Kemenperin Euis Saedah menyebut, banyak investor yang tertarik berinvestasi di tanaman singkong. "Namun, kita baru mampu menyediakan bahan baku, sedangkan sarana prasarana pendukung masih belum ada," ujarnya.

Akhir tahun lalu, MSI dengan perusahaan asal Hongkong, Nest Fortune Ltd. berniat memproduksi chip singkong dan mocaf di Indramayu, Jawa Barat. Investasi untuk pengembangan itu diperkirakan sebesar US$ 6 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×