Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
Menggapi hal itu, Head of Advisory Jones Lang Lasalle (JLL) Indonesia Vivien Harsanto mengatakan, pengembang besar yang telah menguasai lahan besar di pinggiran Jakarta memang memulai pengembangan dengan memasarkan hunian menengah ke atas. Menurutnya, itu merupakan strategi marketing pengembang tersebut untuk menunjukkan bahwa kawasan yang akan mereka kembangkan memiliki kualitas bagus.
Namun ke depannya, Vivien memperkirakan pengembang tersebut tidak hanya akan bermain di segmen itu. Mereka akan tetap mengembangkan segmen yang lebih murah untuk bisa bermain di semua pasar.
"Kalau pengembang menguasai lahan 3.000 ha, tidak mungkin mereka main di segmen mahal saja karena itu beresiko. Mereka pasti lama kelamaan akan bangun yang kecil-kecil. Sama seperti BSD city, Bintaro dan Alam Sutera, di awal-awal mereka start menengah ke atas, tapi pada perkembangan berikutnya mereka juga menyediakan hunian yang kecil, melakukan diversifikasi produk." tutur Vivien, Rabu (18/7).
Vivien mengakui, kehadiran developer besar dengan penguasaan lahan besar di pinggiran Jakarta akan mendorong developer kecil disekitarnya mendorong harga propertinya. Namun, menurutnya hal itu adalah sesuatu hal yang wajar. Sebab jika tidak naik malah tidak bagus untuk investasi properti.
Di samping itu, Vivien melihat hunian-hunian di sekitar kawasan yang dikembangkan developer besar tetap masih akan lebih terjangkau sehingga masih ada pilihan bagi masyarakat yang ingin mencari rumah dengan harga lebih murah.
Adapun penguasa lahan besar di pinggiran Jakarta diantaranya adalah Alam Sutera di Pasar Kemis dan kawasan Alam Sutera, Hanson International di Maja dan Parung Panjang, Sinarmas di Serpong, BSD dan Cisauk, BKSL di Sentul City dan Jonggol, Summarecon di Bekasi, Modernland Realty di Bekasi, PT Arthaasaka Bumi Asri Pratama (Keluarga Cendana) di Kabupaten Bogor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News