kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lahan pinggiran Jakarta dikuasai pengembang besar, apakah harga rumah tambah mahal?


Rabu, 18 Juli 2018 / 19:56 WIB
Lahan pinggiran Jakarta dikuasai pengembang besar, apakah harga rumah tambah mahal?
ILUSTRASI. Perumahan Pinggir Jakarta


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lahan-lahan di pinggiran Jakarta mulai dari wilayah Barat, Selatan hingga Timur sudah dikuasai oleh perusahaan ataupun pengembang besar. Masing-masing, mencaplok lahan dalam jumlah yang jumbo.

Lahan-lahan besar itu akan dikembangkan menjadi kawasan kota mandiri atau township. Namun, penguasaan lahan yang sangat besar yang dilakukan pengembang atau perusahaan besar itu bisa memicu kenaikan harga hunian jauh lebih cepat di wilayah pinggiran.

Kebanyakan pengembang besar ini membanderol harga hunian lebih mahal dengan alasan investasi yang akan mereka gelontorkan untuk membangun infrastrutur kawasan cukup besar. Di sisi lain, pengembang kecil disekitarnya juga berpotensi ikut-ikutan mengerek harga.

Contohnya, Millenium City di Parung Panjang Kabupaten. Kota Mandiri baru yang diluncurkan oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) bersama dengan Century Properties Group, perusahaan milik konglomerat Tan Kian.

Township yang rencananya akan dikembangkan seluas 3.000 hektare (ha) itu telah resmi diluncurkan pada April 2018 lalu. Mereka meluncurkan hunian dengan harga mulai Rp 600 jutaan untuk tipe luas bangunan 60 meter persegi (m²) dan luas tanah 70 m².

Apakah dengan kehadiran pengembang-pengembang besar tersebut akan semakin menyulitkan masyarakat berkantong cekak untuk mendapatkan hunian? Harga-harga hunian di pinggiran Jakarta juga sudah semakin mahal.

Menggapi hal itu, Head of Advisory Jones Lang Lasalle (JLL) Indonesia Vivien Harsanto mengatakan, pengembang besar yang telah menguasai lahan besar di pinggiran Jakarta memang memulai pengembangan dengan memasarkan hunian menengah ke atas. Menurutnya, itu merupakan strategi marketing pengembang tersebut untuk menunjukkan bahwa kawasan yang akan mereka kembangkan memiliki kualitas bagus.

Namun ke depannya, Vivien memperkirakan pengembang tersebut tidak hanya akan bermain di segmen itu. Mereka akan tetap mengembangkan segmen yang lebih murah untuk bisa bermain di semua pasar.

"Kalau pengembang menguasai lahan 3.000 ha, tidak mungkin mereka main di segmen mahal saja karena itu beresiko. Mereka pasti lama kelamaan akan bangun yang kecil-kecil. Sama seperti BSD city, Bintaro dan Alam Sutera, di awal-awal mereka start menengah ke atas, tapi pada perkembangan berikutnya mereka juga menyediakan hunian yang kecil, melakukan diversifikasi produk." tutur Vivien, Rabu (18/7).

Vivien mengakui, kehadiran developer besar dengan penguasaan lahan besar di pinggiran Jakarta akan mendorong developer kecil disekitarnya mendorong harga propertinya. Namun, menurutnya hal itu adalah sesuatu hal yang wajar. Sebab jika tidak naik malah tidak bagus untuk investasi properti.

Di samping itu, Vivien melihat hunian-hunian di sekitar kawasan yang dikembangkan developer besar tetap masih akan lebih terjangkau sehingga masih ada pilihan bagi masyarakat yang ingin mencari rumah dengan harga lebih murah.

Adapun penguasa lahan besar di pinggiran Jakarta diantaranya adalah Alam Sutera di Pasar Kemis dan kawasan Alam Sutera, Hanson International di Maja dan Parung Panjang, Sinarmas di Serpong, BSD dan Cisauk, BKSL di Sentul City dan Jonggol, Summarecon di Bekasi, Modernland Realty di Bekasi, PT Arthaasaka Bumi Asri Pratama (Keluarga Cendana) di Kabupaten Bogor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×