Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengemukakan wilayah laut Indonesia menyimpan potensi sumber daya energi dan mineral yang besar dan dapat dikembangkan sebagai sumber energi masyarakat kepulauan.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan, berdasarkan data Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan potensi (praktis) energi laut yang dimiliki indonesia sekitar 63 GW.
“Potensi tersebut terdiri dari ocean thermal energy conversion/ OTEC (41 GW), energi arus laut (20 GW), dan energi gelombang laut (2 GW). Angka ini belum termasuk potensi tidal waves, offshore wind, seawater floating solar PV, dan energi baru lainnya,” jelasnya dalam acara Oceanovation di Kementerian ESDM, Senin (4/12).
Lebih lanjut Dadan menjelaskan, Indonesia bagian timur memiliki potensi pengembangan energi laut, baik arus dan gelombang laut yang terbesar, mendominasi dari 17 titik energi arus laut dan 22 titik potensial energi gelombang laut di seluruh perairan nusantara.
Potensi arus laut terbesar berada di Selat Larantuka dan Selat Pantar di NTT yang kini dijajaki kelayakannya untuk menjadi PLTAL.
Baca Juga: Pengembangan Blok Masela Butuh Investasi Hingga Rp 500 Triliun
Tak hanya itu, pengembangan bioenergi berbasis alga dan mikroalga juga menjadi salah satu primadona dalam penelitian bioenergi, mengingat laut Indonesia memiliki puluhan ribu spesies alga dan mikroalga yang potensial dikembangkan menjadi substitusi sawit untuk memproduksi bioenergi.
Selain itu, lanjut Dadan, kekayaan mineral laut juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Beberapa potensi mineral yang tersimpan di dasar laut Indonesia antara lain emas, perak, tembaga, seng dan timbal, hingga rare earth elements (REE) yang berperan penting dalam menghasilkan produk hilir berteknologi tinggi seperti panel surya dan baterai.
Kementerian ESDM juga memetakan potensi biodiversitas dan bioprospeksi, sumber daya perikanan, dan potensi penyerapan karbon dari laut Indonesia, sebagai basis penentuan kebijakan hirilisasi sumber daya maritim ke depannya.
Dadan menyatakan, laut juga memegang peran penting dalam penanganan perubahan iklim. “Ekosistem Laut Biru” yang meliputi hutan mangrove, padang lamun, estuaria dan terumbu karang secara alami menjadi penyerap dan penyimpan karbon, dan diharapkan dapat menyerap 188 juta ton CO2eq pada tahun 2045.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News