Reporter: Raka Mahesa W |
JAKARTA. Euforia petani cabai menikmati harga tinggi telah berakhir. Seiring berakhirnya masa puasa dan Lebaran, harga cabai merosot.
Di Pasar Kramat Jati misalnya, harga eceran cabai keriting, Sabtu (18/9), Rp 15.000 per kilogram (kg). Harga cabai rawit hijau hanya Rp 10.000 per kg. Padahal, harga di eceran bulan Agustus lalu diatas Rp 30.000 per kg.
Penurunan harga cabai tersebut juga terjadi di tingkat petani. Pipin Arif Apilin, Ketua Gabungan Kelompok Tani Karang Sari, Ciamis, Jawa Barat, mencatat, harga berbagai jenis cabai di daerahnya juga anjlog belakangan ini. Misalnya, harga cabai merah keriting di tingkat petani minggu kemarin hanya berkisar antara Rp Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kg. Harga cabai rawit hijau hanya sekitar Rp 4.000 per kg. Sementara, harga cabai merah besar malah hanya sekitar Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kg.
Tidak hanya Ciamis. Penurunan harga cabai juga terjadi di Batam. Cuma, Joni Tarigan, petani cabai Batam bercerita, penurunan harganya tidak sedalam di Ciamis.
Hingga kemarin, harga cabai keriting merah di tingkat petani di Batam masih sekitar Rp 12.000 per kg, turun 25% dibanding dengan harga sebelum Lebaran. Harga cabai merah besar masih sekitar Rp 10.000 per kg, dari Rp 20.000 sebelum Lebaran.
Penurunan harga cabai di Batam, menurut Joni, terjadi karena ada kelebihan pasokan cabai dari Jawa. Joni bilang, selama ini, kebutuhan cabai di Batam sebagian besar dipasok dari Jawa dan Medan, Sumatera Utara.
Di Batam, dari total lahan pertanian seluas 500 hektare, hanya 10 hektare yang dimanfaatkan untuk menanam cabai, sisanya untuk menanam buah dan sayuran. Tetapi, lantaran kelebihan pasokan itu, harga cabai petani Batam juga turut terseret.
Pipin juga membenarkan pengakuan Joni bahwa terjadi kelebihan pasokan cabai. Dari pantauannya di Ciamis, para petani banyak yang menanam cabai untuk mengejar target agar bisa panen saat Lebaran kemarin. Akibatnya, terjadi panen secara bersamaan.
Padahal, cabai yang sudah dipanen tidak akan bertahan lebih dari tiga hari. Alhasil, pasokan pun berlebih dan harga turun. Kondisi ini menjadi semakin sulit manakala aktivitas pasar setelah Lebaran belum berjalan normal. "Masih banyak warung makan tutup, pasar juga belum normal. Mungkin kalau sudah kembali seperti biasa harga bisa naik lagi," kata Pipin.
Petani merugi
Toh, apapun penyebabnya, penurunan harga ini telah membuat petani merana. Sebab, harga jual tersebut, menurut Pipin, tidak bisa menutup ongkos produksi.
Saat ini, rata-rata ongkos produksi mereka sejak penanaman hingga masa panen adalah Rp 50 juta per hektare. Pipin memberi gambaran, produktivitas cabai merah besar, sekitar 15 ton hingga 20 ton per hektare. Dengan asumsi produksi 15 ton per hektare itu maka dengan harga jual cabai besar Rp 3.000 per kg, petani hanya memperoleh sekitar Rp 45 juta. "Dengan harga seperti saat ini petani menjerit karena merugi," keluh dia kepada KONTAN, Minggu (19/9).
Ahmad Dimyati, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, melihat, salah satu masalah di petani cabai ini adalah masalah pola tanam. Menurut Ahmad, perlu ada pengaturan pola tanam agar petani terhindar dari kerugian akibat anjlognya harga karena terjadi panen cabai secara serentak.
Itulah sebabnya, Kementerian Pertanian akan berupaya menjalankan pengaturan pola tanam. Untuk memuluskan rencana ini, pemerintah akan melakukan sosialisasi pola tanam ini kepada asosisi dan petani cabai di daerah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News