Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Blue Bird Tbk (BIRD) sudah lama memulai inisiatif menggunakan bahan bakar gas (BBG). Bahkan BIRD pertama kali memakai BBG sekitar tahun 1985. Namun pada kala itu, pihaknya sempat terkendala pasokan gas.
Seiring dengan meningkatnya pasokan dan infrastruktur gas yang semakin berkembang, sampai dengan saat ini Blue Bird telah mengoperasikan lebih dari 2.000 armada yang menggunakan BBG jenis compressed natural gas (CNG).
Wakil Direktur Utama Blue Bird, Andre Djokosoetono menjelaskan, inisiatif untuk menggunakan armada berbahan bakar yang ramah lingkungan ini merupakan perwujudan dari salah satu pilar visi keberlanjutan Blue Bird, yaitu BlueSky yang merupakan komitmen dalam memberikan dampak positif kepada lingkungan.
“Hingga tahun 2021 Blue Bird telah mengoperasikan 2.200 armada CNG atau setara dengan 24% dari total armada operasional Blue Bird,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (17/5).
Andre menjelaskan penggunaan CNG memiliki kelebihan dalam aspek operasional maupun lingkungan. Di sisi operasional, harga bahan bakar gas dibandingkan dengan Pertalite untuk taksi reguler saat ini lebih murah.
Di saat yang bersamaan, melalui penggunaan bahan bakar gas emisi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan jika menggunakan bahan bakar minyak (BBM). “Melalui penerapan armada BBG, Blue Bird berhasil menekan beban energi hingga 40%,” ungkapnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham BIRD, ASII dan IATA untuk Perdagangan Kamis (12/5)
Namun, selain merasakan manfaatnya, BIRD juga harus menghadapi tantangan dalam menggunakan CNG. Andre menjelaskan, hingga saat ini tidak ada mobil komersial yang resmi menggunakan mesin dengan bahan bakar gas sehingga penyebaran Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) belum menyeluruh dan hanya ada di beberapa stasiun pengisian khusus.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian ESDM memutuskan untuk menaikkan harga CNG menjadi Rp 4.500 per liter setara premium (LSP) yang berlaku pada Mei 2022. Sebelumnya harga CNG dipatok senilai Rp 3.100 per lsp.
Andre mengatakan, kenaikan harga bahan bakar tidak selalu berimplikasi pada tarif. Dia memaparkan, pada penentuan tarif banyak faktor lain yang dihitung di sisi operasional, jadi bukan hanya sekadar bahan bakar saja. Tentunya dengan kenaikan harga BBG ini pihaknya perlu melakukan pengkajian terlebih dahulu.
“Terutama, kami ingin mendekatkan pengalaman mobilitas kendaraan yang lebih ramah lingkungan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, untuk seluruh tarif armada taksi reguler Blue Bird akan diberlakukan tarif yang sama, baik CNG maupun armada listrik yang memiliki biaya investasi yang lebih besar,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News