kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lifting migas belum capai target, begini penjelasan SKK Migas


Selasa, 19 Oktober 2021 / 19:29 WIB
Lifting migas belum capai target, begini penjelasan SKK Migas
ILUSTRASI. Lapangan migas lepas pantai di Indonesia


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat lifting migas hingga September 2021 mencapai 1.640 juta barel oil equivalent per day (BOEPD) atau sekitar 96% dari target 1.712 juta BOEPD.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, jumlah tersebut terdiri dari lifting minyak sebesar 661 ribu barel oil per day (bopd) atau sekitar 93,8% dari target 705 ribu bopd dan gas sebesar 5.481 million standard cubic feet per day (MMSCFD) atau 97,2% dari target 5.638 MMSCFD.

Dwi menjelaskan, dari 15 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar, tercatat masih ada beberapa yang belum memenuhi target. "(Blok) Cepu memang kita menghadapi kondisi dimana titik puncaknya sudah mulai ada penurunan karena mulai muncul air disana sehingga produksinya menurun," kata Dwi Konferensi Pers Virtual Kinerja Hulu Migas Kuartal III 2021, Selasa (19/10).

Dwi menambahkan, saat ini pihaknya telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk kegiatan pengeboran 5 sumur infield dan 2 sumur tambahan. Nantinya, dengan persetujuan ini maka diharapkan upaya menahan laju penurunan serta peningkatan produksi di 2022 dapat dilakukan.

Baca Juga: Diversifikasi, Indika Energy (INDY) masuk sektor kehutanan hingga kendaraan listrik

Sementara itu, Pertamina Hulu Rokan (PHR) pun kini masih menghadapi tantangan peningkatan produksi pasca tidak adanya kegiatan pengeboran di masa akhir pengelolaan Chevron.

"Masih cukup struggle untuk bisa menutup dari tidak melakukan pengeboran sama sekali di tahun sebelumnya, namun kita lihat titik-titiknya sudah mendatar," ujar Dwi.

Kondisi sedikit berbeda terjadi di sektor gas yang dinilai lebih baik didorong oleh serapan yang cukup baik. Kondisi ini pun dinilai lebih baik dari tahun lalu.

Dwi menambahkan, lifitng minyak dan kondensat menemui sejumlah kendala yang berimbas pada potensi pengurangan lifting. Sejumlah kendala tersebut antara lain low entry point sebagai imbas pandemi covid-19 di tahun lalu yang membuat lifting di awal tahun sedikit terkendala, unplanned shutdown, penundaan pengeboran dan kegiatan workover sumur serta penundaan onstream lapangan migas. 

Secara total hal ini berdampak pada berkurangnya sekitar 47,7 ribu bopd. 

Baca Juga: Kemdagri menyoroti pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah yang belum berjalan

Sejumlah upaya optimasi pun dilakukan seperti optimasi produksi dengan me-manage penurunan produksi, penambahan kegiatan pemboran dan workover sumur, penerapan teknologi untuk produksi, pengurasan stok dan crashed program yang seluruhnya diprediksi berkontribusi sekitar 7,4 ribu bopd. Hingga akhir tahun 2021 lifting diperkirakan bakal mencapai 665 ribu bopd atau 94% dari target 705 ribu bopd.

Sementara itu, salur gas diprediksi bakal mencapai sekitar 5.529 MMSCFD atau setara 98% dari target sebesar 5.638 MMSCFD.

Selanjutnya: Tumpang tindih regulasi hambat investasi kelistrikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×