kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lihat Peluang Besar Ekonomi Digital, Traveloka Pelopori PayLater


Selasa, 07 Juni 2022 / 18:13 WIB
Lihat Peluang Besar Ekonomi Digital, Traveloka Pelopori PayLater
ILUSTRASI. Traveloka PayLater


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara terus bertumbuh pesat dan diperkirakan akan mencapai nilai ekonomi sebesar US$1 triliun atau Rp 14.502 triliun pada 2030, dipacu oleh layanan keuangan digital yang semakin diminati para pengguna internet.

Menurut laporan edisi keenam dari “e-Conomy Southeast Asia (SEA) Report - Roaring 20s: The SEA Digital Decade”, hasil riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company yang diterbitkan tahun lalu, pembayaran digital diperkirakan akan mencapai nilai transaksi bruto sebesar US$1,1 triliun pada 2025.

Selain itu, pinjaman digital diperkirakan menjadi empat kali lebih besar dari US$23 miliar dalam nilai pinjaman berjalan total pada 2020 menjadi senilai US$92 miliar dalam lima tahun.

“Laporan tersebut menunjukkan peluang pasar yang sangat besar,” kata Caesar Indra, Presiden Traveloka dalam pernyataan tertulis kepada media sehubungan dengan meningkat tajamnya penawaran dan pengguna dari layanan pinjaman digital, Selasa (7/6).

Baca Juga: Promo Terakhir Epic Sale Traveloka! Diskon Tiket Pesawat Internasional s.d Rp2 Juta

Traveloka, saat ini telah menjadi lifestyle superapp yang menawarkan layanan lengkap bagi pengguna di delapan negara di wilayah Asia Tenggara.

Traveloka merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memperkenalkan layanan pinjaman jangka pendek Buy Now Pay Later (BNPL), atau biasa disebut PayLater, pada 2018 sebagai solusi bagi pelanggan yang membutuhkan kemudahan berbelanja dan mengatur sendiri cicilan pembayaran tetapi tidak memiliki akses kepada layanan perbankan tradisional yang mengeluarkan kartu kredit.

Menurut Caesar, hanya sekitar 10 persen dari pengguna aplikasi Traveloka di Indonesia,Thailand, dan Vietnam yang memiliki kartu kredit pribadi.

“Banyak eksekutif perusahaan di Indonesia berulang kali gagal mendapatkan kartu kreditdari bank. Hal ini bukan karena mereka tidak layak mendapatkannya. Masalahnya ada pada ketersediaan data; dimana institusi pemberi kredit atau bank tidak memiliki data keuangan yang cukup dari nasabah sehingga dianggap berisiko bila mendapatkan pinjaman,” imbuhnya.

Sebagai perusahaan teknologi yang terus berinovasi, Traveloka memiliki dan mengelola data dari pengguna layanan sejak 2012 saat perusahaan tersebut berdiri sebagai layanan pemesanan transportasi dan akomodasi wisata.

Dalam dasawarsa terakhir, tercatat sebanyak 60 juta kali aplikasi Traveloka telah diunduh dan telah diakses oleh 40 juta pengguna aktif.




TERBARU

[X]
×