kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Lima Produk Elektronik Terancam FTA ASEAN-China


Rabu, 27 Januari 2010 / 10:31 WIB
Lima Produk Elektronik Terancam FTA ASEAN-China


Reporter: Raymond Reynaldi |

JAKARTA. Pasar lima produk elektronika di dalam negeri akan terpukul oleh pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (AC-FTA) tahun ini. Kelima produk tersebut adalah radio kaset, televisi cembung ukuran 12 dan 14 inci, kipas angin, setrika listrik 350 watt, dan pompa air 125 watt.

Wakil Ketua Umum Bidang Industri dan Teknologi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rachmat Gobel menyampaikan hasil kajiannya atas lima produk tersebut terkait dengan penetrasi barang sejenis asal China Selasa (26/1). “Saya sudah mengklasifikasi produk-produk mana saja yang terancam,” kata Rachmat.

Menurut data Federasi Gabungan Elektronik (F-Gabel), lima produk tersebut dibeli oleh 20 juta kepala keluarga berpendapatan menengah ke bawah di Indonesia. Harga kelima produk itu berkisar antara Rp 147.000 hingga
Rp 1,3 juta per unit.

Sekretaris Jenderal Agus Soejanto mengatakan, meskipun dari sisi kualitas produk-produk lokal tidak kalah, tetapi dari sisi harga, produk China lebih murah sekitar 20% - 30% dibandingkan produk lokal sejenis.

Agus membeberkan, ada
18 produsen elektronika yang memproduksi peralatan elektronik rumah tangga skala menengah ke bawah. Maka ia juga mengkhawatirkan dampak membanjirnya produk elektronik China paska pemberlakuan ACFTA. “Persaingan di pasar akan semakin ketat," kata dia.

Toh tetap ada upaya untuk menghadapinya. "Kami akan mencoba mengedepankan teknologi agar dapat bersaing,” kata dia tanpa memerinci lebih lanjut.

Sementara itu, Rachmat menyarankan, pemerintah menyempurnakan dan memperketat perolehan Standar Nasional Indonesia (SNI). “Di AS, misalnya, produk telepon seluler buatan China tak bisa masuk karena AS punya standar yang kuat,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×