Reporter: Namira Daufina | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Ekspansi bisnis Lion Group kian mekar. Setelah mendapat lampu hijau dari Mahkamah Agung (MA) yang menempatkan perusahaan ini sebagai pengelola Bandara Halim Perdanakusuma, Lion Group mengoptimalkan lini bisnis penunjang, yakni perawatan pesawat atau maintenace repair overhaul (MRO).
Maskapai ini baru saja meneken perjanjian dengan CFM International, perusahaan pembuat suku cadang pesawat. Tujuan kerjasama mendukung operasional bengkel perawatan pesawat milik lini bisnis Lion Group yakni PT Batam Aero Technic di Bandara International Hang Nadim Batam.
Dalam satu sampai dua tahun ke depan, bengkel pesawat yang berdiri di lahan seluas 28 hektare ini cuma melayani pesawat Lion Air. "Hanggar baru mampu menampung tiga pesawat tipe narrow body," jelas Edward Sirait, Direktur Umum Lion Air, Rabu (15/10).
Pada pembangunan tahap I sudah diresmikan pengoperasian empat hanggar dengan kapasitas 12 pesawat sekelas Boeing 737 NG awal 2014. Hanggar ini berdiri di atas lahan seluas 4 hektare (ha).
Nantinya, Lion Air dan CFM menyiapkan lahan 10 ha untuk fasilitas MRO terpadu Lion Group. Di sana akan dibangun ruang perawatan mesin atau engine shop dengan luas 13.430 meter persegi (m²). Lantas ada landing gear shop, component shop, structure repair shop dan emergency equipment shop.
Targetnya ketika selesai pada 2022, dalam sekali pengerjaan hanggar akan mampu menampung 50 pesawat sekaligus. "Setahun bisa 200 engine, yang 100 engine untuk kepentingan Lion Group,” kata Edward menyebut kapasitas ruang perawatan anyar ini nantinya.
Fasilitas bengkel pesawat ini dibangun dengan dana besar. "Total investasi Rp 6 triliun," kata Edward.
Selain berasal dari dana internal Grup Lion, dana investasi juga berasal dari mitra asing. Namun, Edward menolak untuk memperinci seperti apa skema kemitraan tersebut dan seberapa besar komposisi pemilikan saham maupun dana investasi pembangunan MRO tersebut.
Dengan adanya MRO di Batam ini, Edward mengklaim Lion Group dan nantinya maskapai penerbangan lainnya bisa menghemat biaya dan waktu pengerjaan. "Bisa hemat biaya maintenance 20% dan hemat waktu satu bulan," tambahnya.
Penghematan ini bisa tejadi karena faktor jarak saja daripada dilakukan di luar negeri sudah dapat menghemat hingga 50% waktu pengerjaan dan pengiriman pesawat untuk perbaikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News