Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Produsen petrokimia, PT Lotte Chemical Titan Tbk akan terus menggenjot produksi demi mendongkrak perolehan laba tahun ini. Lotte menargetkan utilitas produksi tahun ini bisa di kisaran 90%. Sebagai gambaran, tahun lalu, utilisasi masih di kisaran 76%.
Chief Financial Officer PT Lotte Chemical Titan Tbk, Calvin Wiryapranata mengatakan, tahun ini, Lotte akan memaksimalkan kapasitas produksi yang dimiliki yaitu sebesar 450.000 ton polyethilene. Jadi, dengan target utilitas 90%, setidaknya tahun ini produksi bisa mencapai 425.000 ton. Artinya, produksi polyethilene FPNI diharapkan bisa tumbuh 23% dari realisasi produksi tahun lalu, 344.000 ton.
Sedangkan untuk penjualan, Calvin mengatakan, FPNI menargetkan bisa tumbuh 17%. Sepanjang 2016, penjualan polyethilene Lotte tercatat berada di angka 346.000 ton. Rinciannya, 299.000 ton untuk pasar domestik dan 47.000 ton diekspor. Dengan target pertumbuhan 17%, maka penjualan tahun ini diproyeksikan di angka 404.000 ton.
Hingga kuartal pertama 2017, perusahaan berkode saham FPNI ini sudah memproduksi polyethilene sejumlah 90.000 ton. Sedangkan total penjualan produk pada triwulan pertama mencapai 95.000 ton. "5.000 ton itu terdiri dari 3.000 ton stok tahun lalu, dan 2.000 ton trading produk grup kami," papar Calvin dalam paparan publik di Jakarta, Kamis (15/6).
Pada triwulan I 2017, Lotte mencatat pertumbuhan pendapatan 7% dari US$ 110 juta menjadi US$ 118 juta. Sedangkan, laba bersih melonjak hampir tiga kali lipat menjadi US$ 1,6 juta. "Kuartal satu volume produksi memang lebih tinggi, dan margin antara bahan baku dengan harga produk dirasa menguntungkan," kata Calvin.
Meski menargetkan kenaikan volume penjualan pada 2017, namun FPNI tergolong hati hati mematok nilai penjualan. Sebab, tiga tahun terakhir, perseroan mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih. Pada 2014, 2015 dan 2016, pendapatan perusahaan masing-masing US$ 622 juta, US$ 457 juta dan US$ 442 juta.
"Kalau di industri petrokimia ini jangan hanya lihat pendapatan saja, tapi perhatikan pula margin antara harga bahan baku dan produk yang dijual, bisa datangkan profit tidak," Sebut Calvin.
Lanjut Calvin, harga bahan baku yakni etilena cenderung berubah-ubah. Jika terlalu mahal, sementara harga produk polyethilene sedang turun, maka margin yang didapat semakin kecil. Sekadar contoh, beberapa waktu lalu, FPNI pernah merasakan margin kisaran US$ 175 sampai US$ 200 per ton. Kondisi ini cukup menguntungkan, namun belum tentu bisa selamanya seperti itu.
Oleh karenanya, kata Calvin, Lotte akan fokus meningkatkan produksi polyethilene. Perusahaan menganggarkan belanja modal US$ 9 juta. Dana tersebut digunakan untuk maintenence facility dan penggantian beberapa mesin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News