kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Luhut: Sawit berpotensi menghasilkan pendapatan US$ 60 miliar dalam setahun


Rabu, 09 Mei 2018 / 06:35 WIB
Luhut: Sawit berpotensi menghasilkan pendapatan US$ 60 miliar dalam setahun


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sawit memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Bahkan, Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, sawit berpotensi menghasilkan pendapatan hingga US$ 60 miliar dalam setahun.

Menurutnya, hal itu bisa terjadi apabila Indonesia bisa meningkatkan produktivitas kebun sawit khususnya milik rakyat. Pasalnya, saat ini rata-rata produktivitas kebun sawit rakyat sekitar 1,8 - 2 ton per ha, sementara perkebunan swasta bisa mencapai 5 - 7 ton per ha.

Bila, produktivitas kebun sawit rakyat ditingkatkan menjadi 4 - 6 ton per ha, maka bisa menambah produksi sawit Indonesia sebesar 40-45 juta ton.

“Kalau ini bisa kita manage dengan bagus, harga bisa diset up US$ 800 - US$ 850 dper ton. Jadi revenue negara bisa sampai US$ 45 miliar. Kalau ditambah produk turunannya bisa sampai US$ 60 miliar,” ujar Luhut di Seminar Tantangan Bisnis Keberlanjutan dalam Meningkatkan Kinerja Kelapa Sawit, Selasa (8/5).

Luhut pun menyampaikan CPO memiliki kontribusi yang sangat besar kepada Indonesia. Meski saat ini batubara masih berada di urutan pertama, namun posisi sawit konstan setiap tahunnya.

Pada tahun 2017 nilai ekspor minyak sawit Indonesia mencapai US$ 18,5 miliar, setara 31 juta ton. Di mana, India, Uni Eropa dan China merupakan pasar tujuan terbesar. Bahkan, ekspor ke India mencapai 7,6 juta ton, Eropa sebesar 5 juta ton, dan China sebesar 3,7 juta ton.

Meski begitu, Luhut mengakui Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan dalam ekspor sawit. Salah satunya Uni Eropa yang sedang mendiskusikan pembatasan penggunaan kelapa sawit pada biodiesel yang dipasarkan di Uni Eropa. Selain itu, India juga menaikkan tarif impor untuk CPO dan turunannya menjadi 44% dan 54%.

Luhut mengatakan, pemerintah akan terus menerapkan diplomasi perdagangan yng offensive dengan mengedepankan dialog dan lobi. Terutama menjelaskan langkah-langkah yang sudah diambil pemerintah untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip sustainability dalam sektor kelapa sawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×