kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Mahalnya converter kit, jadi hambatan Vi-Gas


Jumat, 06 Februari 2015 / 22:54 WIB
Mahalnya converter kit, jadi hambatan Vi-Gas
Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, yang diperkirakan akan ditangkap sekembalinya ia mengakhiri hampir dua dekade pengasingan, melambai di bandara Don Mueang di Bangkok, Thailand 22 Agustus 2023.


Sumber: Antara | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mengakui penggunaan bahan bakar gas (liquefied gas for vehicle/LGV) Vi-Gas masih minim peminat. Saat ini konsumsi LGV (serta CNG) baru mencapai 0,1% dari total konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi.

"Seperti ayam dan telur mana duluan yang keluar, seperti itulah pengguna dan penyediaannya produk (LGV)," kata Vice President Domestic Gas Direktorat Pemasaran Pertamina Basuki Trikora Putra, Jumat (6/2).

Masih rendahnya pemakai Vi-Gas tak lain karena penggunanya harus memasang "converter kit" atau alat yang mengonversi bahan bakar gas untuk bisa digunakan di kendaraan berbasis bahan bakar minyak.

"Hambatannya 'converter kit'. Untuk instalasinya butuh biaya Rp 15 juta. Padahal kalau sudah pasang itu operasionalnya lebih hemat," katanya.

Trikora mengklaim penggunaan LGV yang dijual dengan harga eceran Rp 5.100 per liter, bisa menghemat lebih banyak biaya operasional transportasi, khususnya angkutan umum.

"Konsumennya masih 'on and off'. Ada angkot yang sudah pasang 'converter kit' tapi tidak berlanjut. Ada juga yang sudah dapat pembiayaan di bank (untuk pasang 'converter kit') tapi tidak jadi. Makanya tidak berkembang dengan signifikan," katanya.

Oleh karena itu, diharapkan kerja sama dengan organisasi angkutan umum di sejumlah kota besar di Indonesia bisa mendorong pemakaian LGV.

"Kami sudah MoU dengan Kobutri Bandung di mana 50.000 unit angkutan kota akan menggunakan Vi-Gas. Tahap awal sebanyak 5.000 angkot di tahun 2015 akan dipasangi 'converter kit'," katanya.

Upaya serupa juga telah dilakukan untuk angkutan kota dan taksi di bawah naungan Organda dan Blue Bird serta Express di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Solo dan Bali. Termasuk juga kendaraan dinas di bawah naungan Aerotrans.

Vi-Gas merupakan merek bahan bakar gas untuk kendaraan (liquefied gas for vehicle/LGV) yang dikeluarkan Pertamina.

LGV tersebut terdiri atas campuran propana (C3 dan butana (C4) dengan spesifikasi yang telah disesuaikan untuk keperluan mesin kendaraan bermotor sesuai SK Dirjen Migas No. 2527.K/24/DJM/2007.

Berkadar oktan RON 98 dan memiliki tekanan 8 - 12 bar di dalam tangki, LGV itu diklaim punya banyak keunggulan seperti lebih ramah lingkungan karena bebas sulfur dan timbal, pembakaran sempurna, memperpanjang umur mesin sehingga baik untuk kendaraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×