Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski saat ini nilai tukar Dollar Amerika Serikat (AS) lebih kuat ketimbang Rupiah, PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) belum mau berencana untuk meningkatkan porsi ekspor. Emiten kosmetika ini lebih fokus untuk perkuat pasar dalam negeri.
Corporate Secretary Mandom Indonesia, Alia Dewi menjelaskan kontribusi masih di range ideal yakni antara 25% sampai 30% dari total penjualan. Menurutnya strategi penentuan penjualan tahun ini sudah disusun sudah dari tahun lalu.
"Sehingga kalaupun kita ekspor ya alasannya bukan karena depresiasi rupiah.Tapi lebih ke ekspansi produk dan merek-merek kita," kata Alia kepada Kontan.co.id, Selasa (16/10).
Menurutnya saat ini penjualan ekspor masih di daerah Uni Emirat Arab. Lewat produk Gatsby dan Pixy, Mandom juga penetrasi ke pasar Indochina. Dari laporan keuangan perseroan tercatat penjualan Perusahaan di pasar domestik (Indonesia) masing-masing sebesar 75% dan 76% dari penjualan bersih pada tahun 2018 dan 2017.
Penjualan ke Uni Emirat Arab masing-masing sebesar 7% dari penjualan bersih pada tahun 2018 dan 2017, sedangkan penjualan ke Jepang sebesar 5% dari penjualan bersih pada tahun 2018 dan 4% pada tahun 2017.
Penjualan lainnya berasal dari penjualan ekspor ke beberapa negara, terutama ke Malaysia, Thailand, Filipina, India, Singapura, Korea, Vietnam, Cina, Hongkong dan Taiwan.
Meski penjualan emiten berkode saham TCID ini turun pada semester I-2018, Alia mengaku masih belum ada revisi target. Tahun ini TCID menargetkan penjualan tumbuh double digit. "Kami akan luncurkan produk baru di semester II-2018 dan sekarang sedang proses penetrasi pasar," kata Alia.
Dari laporan keuangan semester I-2018 Mandom Indonesia, tercatat penjualan sebanyak Rp 1,29 triliun. Atau turun 5,1% dari periode sama tahun sebelumnya sebanyak Rp 1,36 triliun. Adapun ekspor pada semester I-2018 menyumbang penjualan sebanyak Rp 327,9 miliar.
Tahun ini TCID menyiapkan belanja modal sebesar Rp 200 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk pembelian mesin baru dan investasi di bidang teknologi dan informasi (TI). Alia mengaku sudah ada yang sudah digunakan pada semester I-2018. "Sudah ada capex yang digunakan untuk pembelian mesin, peralatan dan juga software," kata Alia.
Dari laporan keuangan semester I-2018 tercatat perusahaan mempunyai komitmen kontraktual yang belum diselesaikan dengan berbagai pemasok pihak ketiga, sehubungan dengan pembelian mesin dan peralatan pabrik sejumlah Rp 57,3 miliar pada tanggal 30 Juni 2018 dan Rp 54,8 miliar pada tanggal 31 Desember 2017. "Untuk target kinerja dan persiapan capex tahun depan masih diproses," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News