Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Melansir laporan keuangan SLJ Global terakhir di kuartal III 2019, segmen ekspor kayu lapis (plywood) kontribusinya 89,59% ke penjualan SULI. Rinciannya, eskpor kayu lapis tercatat 80.801 meter kubik dengan nilai US$ 45,61 juta. Adapun penjualan ini turun 25% yoy dari sebelumnya US$ 64,27 juta di akhir September 2018.
David bilang penjualannya ekspor bisa turun akibat pasar dan harga kayu yang kurang kondusif. Sejauh ini 90% Plywood hasil produksi SULI, diekspor ke Amerika, India, Jepang, dan Korea.
Meski demikian, harga kayu yang saat ini diakui David masih di bawah US$ 700 per meter kubik, memberikan peluang Amerika untuk membeli banyak di saat harganya sedang anjlok. Oleh karenanya, jika permintaan dari Amerika Serikat masih tinggi, SLJ Global akan terus memasok ke sana.
Menurut David, jikalau produk Plywood kembali dikenakan tarif 8%, harga kayu-nya masih lebih murah dibandingkan tahun 2018. Dua tahun yang lalu, David mengakui harga sebagian produk kayu yang diekspor hampir US$ 1000 per meter kubik. Oleh karenanya masih ada harapan, permintaan kayu lapis dari Amerika masih berjalan seperti biasa.
Baca Juga: APHI memproyeksi industri kayu tahun ini lebih bergairah
Pasalnya, SULI tidak bisa mengandalkan penjualan lokal karena permintaan masih seret, bahkan menurun. Buktinya saja kalau melihat penjualan SULI di akhir September 2019, total pendapatan dalam negeri turun 27% yoy dari sebelumnya US$ 7,42 juta di kuartal III 2018 menjadi US$ 5,38 juta di periode yang sama tahun 2019.
Adapun jika menggunakan asumsi permintaan masih sama, David menyatakan dicabutnya fasilitas GSP tidak begitu pengaruh ke perusahaan. Jikalau permintaan dari AS turun, langkah antisipasi yang akan dilakukan SLJ Global adalah mencari alternatif ekspor lainnya dengan meningkatkan penjualan ke Jepang, India, dan Korea.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News