kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masalah jagung tak tuntas, konvensi digelar


Senin, 07 Agustus 2017 / 21:21 WIB
Masalah jagung tak tuntas, konvensi digelar


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Saat ini, Indonesia mengalami berbagai masalah dalam komoditas pertanian khususnya di bidang pangan. Beberapa hal seperti kelangkaan, besarnya impor, serta gejolak harga. Karena itu, Pusat Kajian Pangan Strategis (PKPS) ingin mengadakan Konvensi Jagung Indonesia yang akan mengkaji industri komoditas jagung secara komprehensif.

Siswono Yudohusodo, ketua PKPS mengatakan, tanaman jagung belum memperlihatkan kondisi dan proses yang ideal dalam beberapa waktu terakhir, baik itu dari segi pola penanaman, ketidakefisienan, serta biaya yang tinggi.

Hal ini yang menyebabkan terjadinya kekurangan pasokan untuk industri pakan, ketidakpastian data produksi dan meningkatnya impor komoditas lain sebagai pengganti jagung.

"Saat ini ada yang bilang sudah swasembada, sementara pelaku ternak kekurangan jagung. Akhirnya digantikan dengan feed wheat atau gandum untuk pakan dengan kualitas yang paling jelek," tutur Siswono kepada media, Senin (7/8).

Siswono menuturkan, Indonesia berpotensi mewujudkan swasembada jagung mengingat panen jagung dapat berlangsung 2 - 3 kalu dalam setahun. Karena itu, Indonesia perlu mengembangkan berbagai jenis produksi berbasis komoditas jagung secara hulu-hilir yang tidak terbatas untuk bahan baku pakan ternak.

Menurut Siswono, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung adalah memperluas areal tanam untuk komoditas jagung. Apalagi, saat ini rasio lahan per kapita Indonesia sangat kecil. Di mana, rasio per kapitanya kurang dari 500 m persegi per kapita.

Siswono berharap Indonesia dapat menyamai negara lain seperti Vietnam dimana rasio lahan per kapitanya dapat mencapai 900 meter persegi.

"Dari 500 meter persegi itu tidak mungkin mencukupi swasembada pangan. Karena itu perlu adanya pembukaan areal pertanian baru untuk pangan di luar jawa dengan skala yang besar. Setidaknya menyamai Vietnamlah," tutur Siswono.

Siswono juga menyebutkan, pengembangan komoditas jagung di Indonesia membutuhkan perluasan ketersediaan lahan pertanian yang memadai. Saat ini, luas areal tanam jagung berkisar 3,5 juta hektare. Selain meningkatkan luas areal tanam juga diperlukan peningkatan produktivitas, yang sampai sekarang hanya berkisar 5 ton per hektare.

Dalam konferensi pers tersebut, Sudirman, anggota PKPS sekaligus Penasihat Gabugan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menyebutkan, terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengembangkan komoditas jagung.

Langkah-langkah tersebut adalah tahap rescue (penyelamatan) yakni fokus pada pengelolaan tambahan stock jagung 3 juta ton/tahun sebagai subsitusi impor, tahap recovery (pemulihan), dimana difokuskan pada prngadaaan dan pengelolaan stok jagung 12 juta ton per tahun untuk industri pakan ternak, dan tahap development (pembangunan) yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara eskportir jagung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×