kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Masih ada harapan dan peluang bisnis di tengah krisis corona


Minggu, 05 April 2020 / 12:18 WIB
Masih ada harapan dan peluang bisnis di tengah krisis corona
ILUSTRASI. Pengunjung mengantre?untuk membayar di kasir sebuah hipermarket di Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (26/3). Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat, walaupun tidak separah bisnis ritel penjual produk non pangan, penurunan?pengunjung sebesar


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

Seperti diutarakan Hermawan Kartajaya yang juga Honorary Founder of IMA, di balik krisis selalu ada peluang. Nilai tukar rupiah yang mulai bergerak di atas Rp 16.000 dari sekitar Rp 14.000 tidak separah krisis 1998, yang bergerak tajam dari Rp 2.500 ke Rp 15.000.

Tidak semua sektor bisnis anjlok. Ada sektor-sektor relevan yang justru bisnisnya membaik. Sebut saja sektor medis dan kesehatan, perdagangan online atau e-commerce, sampai FMCG.

"Dalam pantauan kami, ada beberapa kategori produk malah meningkat. Minyak goreng sudah pasti, karena masyarakat tidak ke mana-mana. Produk kesehatan seperi sabun cair, tisu, sampai vitamin apalagi. Bahkan sampai es krim pun ikut naik. Bisa jadi karena pelajar tinggal di rumah sehingga konsumsinya tinggi," tambah Ricky Afrianto dari Mayora.

Apalagi produk FMCG yang sangat kuat di offline kini harus beralih distribusinya secara online. Beberapa produk mulai beradaptasi dengan penjualan via e-commerce, yang ternyata lonjakannya signifikan.

Salah satu tantangan yang masih harus dihadapi adalah nilai tukar mata uang, yang diharapkan terjaga karena imbasnya bisa kepada harga jual. Pasalnya, bahan baku sektor FMCG masih banyak yang impor. Kegiatan promosi offline sudah pasti harus berhenti. Namun dengan jumlah penonton televisi yang meningkat tajam, spending dialihkan dan ditingkatkan ke arah sana.

Kesempatan pun seharusnya terbuka lebar untuk sektor lain seperti tekstil. Sektor ini terdampak karena bahan baku masih ada yang impor dari China. "Kalo sekarang kancingnya saja masih impor dan industri berhenti karena tidak ada supply, pemain lokal bisa memanfaatkan ini. Sehingga nanti tidak bergantung impor karena sudah diisi oleh supplier lokal," ujar Komisaris Rajawali Corpora YW Junardy.

Rakernas IMA seharusnya dilakukan di Palembang. Namun di tengah situasi COVID-19 dilakukan sevara online via Zoom. Suparno berharap lewat Rakernas ini bisa menjadi ajang berbagi pemikiran yang berguna untuk publik dan bisa disalurkan lewat pemerintah.

Salah satunya lewat Deklarasi Rakernas Virtual IMA 2020 yang akan diserahkan kepada pemerintah lewat Kementerian Perdagangan. "Isinya adalah kami ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa krisis Covid-19 harus menjadi momentum dalam menjalankan bisnis lebih baik. Lewat dua kerangka pemikiran, yaitu surviving dan sustaining. Kami ingin mengajak pelaku bisnis untuk berpikir jangka panjang agar usaha tetap tumbuh setelah Covid-19 selesai," tutup Suparno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×