Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kisruh pemasangan radio-frequency identification (RFId) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina beberapa waktu lalu membuat gerah petinggi Pertamina. Alhasil, sistem pemasangan RFId diubah dan dibuat lebih teratur.
Jika sebelumnya pemilik mobil bisa langsung memasang dengan mendatangi SPBU milik Pertamina, kini pemilik mobil harus memesan dulu dengan mengisi formulir pemasangan RFId.
Sistem berbeda ini sudah diterapkan di SPBU 31-10303 yang berlokasi di Jalan Cikini Raya Kelurahan Cikini, Menteng. Janu Abdurrohman (26), Petugas PT INTI yang bertugas di SPBU Cikini menyatakan, saat ini registrasi pemasangan RFId ditutup sampai dengan 10 Desember 2013 dan akan dibuka lagi pada 11 Desember 2013.
Menurut kata Janu, langkah ini diambil untuk menghindari pengendara mobil yang datang serempak. Sebab sekali datang ada 300 mobil yang mengantre sehingga bikin macet. "Jadi daftar dulu, baru pasang. Minggu ini khusus untuk pemasangan mobil yang sudah daftar minggu kemarin biar tak seperti kemarin, " kata dia, Senin (2/12).
Di SPBU Cikini, terlihat tiga petugas PT INTI yang memasang ring di tangki mobil, belum ada motor yang terlihat mendaftar. Setiap kali pemasangan memakan waktu sekitar 15 menit. Janu juga membenarkan pemasangan RFId memang pada akhirnya untuk memonitor pemakaian BBM.
Monitoring akan berjalan efektif setelah sistem program pusat di Pertamina sudah berjalan. Saat ini, tahapnya hanya pemasangan alat dulu.
RFId ini berfungsi sebagai identitas kendaraan, apakah jenis mobil itu memakai BBM subsidi atau tidak. "Ring RFId punya kategori. Kalau mobil mewah mau pasang RFid gak masalah. Misalnya, BMW mau pasang RFId, kita setting ring-nya," kata dia.
Sementara di SPBU yang berbeda, di Jalan Abdul Muis Kelurahan Petojo Selatan, Gambir, pengendara mobil bisa langsung mendaftar sekaligus mendapat pemasangan RFId, tidak perlu menunggu jadwal giliran. Namun, pemasangan dibatasi hanya untuk 100 kendaran dari pukul 08.00-12.00 tiap hari untuk menghindari antrean panjang.
Salah satu warga Jakarta Pusat, Dana Agustina (40) yang memiliki mobil jenis Toyota Avanza mengakui belum sepenuhnya memahami fungsi alat ini. Pekan lalu, ia juga sempat mengantre untuk mendapat pemasangan RFId secara gratis.
Namun Dana terpaksa menunda pemasangan lantaran antrean yang membludak. Ia mengakui memang selalu memakai BBM subsidi. Soalnya, ia sering ke daerah dan sebagian besar SPBU di daerah jarang menjual BBM jenis Pertamax atau DEX. "Yang penting, saya ikut aturan pemerintah saja. Memang ribet sih, tapi ya mau bagaimana lagi, kalau tidak, saya tidak bisa isi premium, " kata dia, Senin (2/12).
Sementara itu, Handi Pangestu (19), pengendara mobil Honda Jazz menyampaikan, dirinya juga sempat kebingungan dengan program ini. Namun, ia setuju dengan pemasangan RFId supaya pemakaian BBM subsidi bisa tepat sasaran.
Andy Sommeng, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bilang, pemerintah tidak pernah memaksa jika pemilik mobil enggan memasang RFId. "Tapi, risikonya, kendaraannya tidak bisa beli BBM subsidi. Ini kan bagus. Mereka sadar bahwa tidak pantas membeli BBM subsidi," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News