kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Medco Energi (MEDC) masih berniat ekspansi bisnis di tahun depan


Selasa, 08 Desember 2020 / 13:53 WIB
Medco Energi (MEDC) masih berniat ekspansi bisnis di tahun depan
ILUSTRASI. Medco Energi (MEDC) masih melihat celah untuk melakukan ekspansi bisnis di tahun depan.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi covid-19 dan anjloknya harga minyak dunia masih menekan kinerja perusahaan minyak dan gas (migas), tak terkecuali bagi PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Kendati begitu, MEDC masih melihat celah untuk melakukan ekspansi bisnis di tahun depan.

Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro masih melihat peluang tumbuhnya industri migas di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan minyak mencapai 1,6 juta barel per hari dan masih akan tumbuh, sedangkan produksi nasional hanya sekitar 700.000 barel.

"Indonesia masih tetap akan membutuhkan produksi minyak yang besar. Oleh karena itu peran perusahaan migas sangat diperlukan. Di migas kita masih tetap akan agresif untuk melakukan ekspansi baik akuisisi maupun eksplorasi," ujar Hilmi dalam media gathering yang digelar secara daring, Selasa (8/12).

Di sektor migas, dia bilang, MEDC akan melakukan ekspansi baik secara organik melalui eksplorasi maupun dengan anorganik melalui akuisisi. Meski demikian, ada sejumlah kondisi yang menjadi pertimbangan MEDC untuk melakukan ekspansi di 2021. Terutama, tergantung dari pemulihan ekonomi dan harga minyak pasca pandemi covid-19 serta nilai aset yang akan diakuisisi.

Baca Juga: Medco E&P teken amandemen perjanjian jual beli gas domestik

Hilmi menerangkan, anjloknya harga minyak tak lepas dari merosotnya permintaan (demand) selama pandemi covid-19  yang mencapai 30%-50%. Harga minyak pun jatuh di bawah US$ 40 per barel. Dengan adanya vaksinasasi dan pemulihan ekonomi, Hilmi berharap demand kembali menanjak dan harga minyak bisa kembali stabil di level US$ 50 - US$ 60 per barel.

"Sebagai perusahaan minyak dengan cost yang relatif rendah, saya berharap harga minyak sekitar US$ 50-US$ 60. Itu bagus buat kami, bagus buat konsumen. Mudah-mudahan ekonomi membaik, harga meningkat, sehingga kita siap melakukan ekspansi lagi," tutur Hilmi.

Namun dengan harga minyak yang masih belum stabil, MEDC pun masih melakukan kontrol biaya dan pengetatan belanja modal (capex). Saat ini, MEDC masih melakukan pembahasan terkait alokasi capex untuk 2021.

"Kalau ekonomi rebound, kita akan agresif, tapi kalau belum dan harga minyak rendah, tentunya kita akan melakukan pendekatan capex yang jauh lebih konservatif," tutur Hilmi.

Yang pasti, MEDC akan tetap menjaga struktur biaya yang efisien, di bawah US$ 10 barel oil equivalen. Dengan begitu, sambung Hilmi, bisnis akan tetap kompetitif dan mencetak margin positif, meski harga minyak masih rendah.

Baca Juga: Harga minyak masih rendah, kinerja Medco Energi (MEDC) terkikis

Masih menurut Hilmi, misalkan nanti kondisi 2021 belum kondusif, pihaknya tetap akan mengejar akuisisi jika aset yang dibidik memiliki harga yang menarik dan mampu memperkuat struktur modal MEDC.

"Jadi di satu sisi kita menjaga biaya, disiplin capex, tapi kemampuan untuk ekspansi tidak kita rem. Selama opportunity dan aset itu bisa memberikan nilai tambah bagi Medco secara keseluruhan," ujarnya.

Sebagai gambaran, Hilmi mengatakan bahwa bukan tak mungkin MEDC pun akan ikut serta membidik kerjasama di Blok Rokan jika itu cocok dan memungkinkan. "Setiap kali ada opportunity di pasar, apakah itu Rokan atau apa pun, pasti kita lihat. Dengan terms and condition, harganya cocok, memberi pertumbuhan dan memperkuat struktur capital kita, pasti akan dikejar," terang Hilmi.

Jika nanti diperlukan untuk tambahan modal khususnya untuk melakukan akuisisi, MEDC pun tak menutup peluang kembali menerbitkan bond di tahun depan. "Kalau memerlukan tambahan dana, salah satu sumbernya adalah dengan bond. Tapi sangat tergantung kondisi market dan capex kita mendatang," ujar Hilmi.

Selain migas, MEDC pun akan melakukan sejumlah agenda bisnis melalui anak usahanya, PT Medco Power Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Antara lain dengan menyelesaikan pembangunan pembangkit IPP di Riau, menggarap PLTS di Bali dan Sumbawa, meneruskan aliansi strategi dengan Kansai Electric, serta untuk AMNT yang akan meneruskan pengembangan fase 7 penambangan.

Selanjutnya: MEDC tetap prospektif meski merugi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×