Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pandemi covid-19 dan anjloknya harga minyak dunia masih menekan kinerja perusahaan minyak dan gas (migas), tak terkecuali bagi PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Kendati begitu, MEDC masih melihat celah untuk melakukan ekspansi bisnis di tahun depan.
Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro masih melihat peluang tumbuhnya industri migas di Indonesia. Pasalnya, kebutuhan minyak mencapai 1,6 juta barel per hari dan masih akan tumbuh, sedangkan produksi nasional hanya sekitar 700.000 barel.
"Indonesia masih tetap akan membutuhkan produksi minyak yang besar. Oleh karena itu peran perusahaan migas sangat diperlukan. Di migas kita masih tetap akan agresif untuk melakukan ekspansi baik akuisisi maupun eksplorasi," ujar Hilmi dalam media gathering yang digelar secara daring, Selasa (8/12).
Di sektor migas, dia bilang, MEDC akan melakukan ekspansi baik secara organik melalui eksplorasi maupun dengan anorganik melalui akuisisi. Meski demikian, ada sejumlah kondisi yang menjadi pertimbangan MEDC untuk melakukan ekspansi di 2021. Terutama, tergantung dari pemulihan ekonomi dan harga minyak pasca pandemi covid-19 serta nilai aset yang akan diakuisisi.
Baca Juga: Medco E&P teken amandemen perjanjian jual beli gas domestik
Hilmi menerangkan, anjloknya harga minyak tak lepas dari merosotnya permintaan (demand) selama pandemi covid-19 yang mencapai 30%-50%. Harga minyak pun jatuh di bawah US$ 40 per barel. Dengan adanya vaksinasasi dan pemulihan ekonomi, Hilmi berharap demand kembali menanjak dan harga minyak bisa kembali stabil di level US$ 50 - US$ 60 per barel.
"Sebagai perusahaan minyak dengan cost yang relatif rendah, saya berharap harga minyak sekitar US$ 50-US$ 60. Itu bagus buat kami, bagus buat konsumen. Mudah-mudahan ekonomi membaik, harga meningkat, sehingga kita siap melakukan ekspansi lagi," tutur Hilmi.
Namun dengan harga minyak yang masih belum stabil, MEDC pun masih melakukan kontrol biaya dan pengetatan belanja modal (capex). Saat ini, MEDC masih melakukan pembahasan terkait alokasi capex untuk 2021.
"Kalau ekonomi rebound, kita akan agresif, tapi kalau belum dan harga minyak rendah, tentunya kita akan melakukan pendekatan capex yang jauh lebih konservatif," tutur Hilmi.
Yang pasti, MEDC akan tetap menjaga struktur biaya yang efisien, di bawah US$ 10 barel oil equivalen. Dengan begitu, sambung Hilmi, bisnis akan tetap kompetitif dan mencetak margin positif, meski harga minyak masih rendah.
Baca Juga: Harga minyak masih rendah, kinerja Medco Energi (MEDC) terkikis