Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -TANAH BUMBU. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) melalui anak usahanya PT Singaland Asetama memiliki bulking station dengan kapasitas 15.000 ton. Setiap hari tangki tersebut diisi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari hasil produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Asal tahu saja, bulking station adalah fasilitas penimbunan CPO yang terdiri dari beberapa tangki timbun CPO yang tempatnya berada di dekat pelabuhan. Dalam kunjungan Kontan.co.id ke sana, perusahaan memperlihatkan proses tata niaga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sampai ke pelanggan.
Bulking station atau terminal untuk kepentingan sendiri ini cukup luas dan rapih. Berada di pinggir pantai, bulking station ini menjadi fasilitas terakhir dari proses penjualan CPO ke pelanggan.
Untuk menuju lokasi fasilitas bulking station atau kilang penyimpanan CPO milik Singaland di Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan tidak terlalu sulit karena lokasinya bukan remote area. Kita hanya tinggal terbang menggunakan pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Syamsudinnoor International Airport Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan jarak tempuh 1 jam 40 menit.
Sesampai di Bandara Syamsudinnoor, dilanjutkan dengan terbang kembali menggunakan pesawat perintis Wings Air ke Bandar Udara Bersujud di Kecamatan Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan hanya memerlukan waktu 45 menit.
Bandara ini tidak memiliki runaway yang panjang. Tetapi, dengan adanya bandara ini kita bisa mempersingkat waktu untuk menuju perkebunan dan fasilitas produksi dan penjualan milik Singaland Asetama lima jam lebih singkat.
Sedangkan jarak dari Bandar Udara Bersujud untuk menuju fasilitas bulking station CPO Singaland hanya membutuhkan sekitar 1 jam. Jalan menuju lokasi pun tidak sulit karena aksesnya dipinggir jalan raya menuju pinggir pantai yang sudah dilengkapi jetty milik perusahaan.
Saat masuk lokasi fasilitas itu, terlihat tiga tangki CPO yang memiliki kapasitas total 15.000 ton atau setiap tangki berisi CPO sebanyak 5.000 ton. Untuk mengisi tangki-tangki tersebut, CPO diangkut menggunakan truk ukuran medium. Mereka bergiliran masuk dengan ditimbang terlebih dahulu.
"Jadi CPO yang sudah diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang kami miliki, kemudian diangkut truk ke sini. Jarak PKS ke fasilitas bulking ini sekitar 1,5 jam," ungkap Erik Halomoan Ambarita Head Mill Operation and Sustainability Eagle High Plantations saat kunjungan ke lokasi Bulking Station Singaland, Selasa (27/2).
Distribusi CPO dari PKS ke fasilitas bulking station membutuhkan 50-60 truk tangki setiap harinya, sedangkan jika pada masa puncak produksi kelapa sawit kebutuhannya bisa mencapai 160 truk tangki. Adapun kapasitas setiap truk tangki memuat sekitar 8 ton CPO.
Ia menjelaskan, setelah truk-truk melakukan unloading untuk mengisi bulking tersebut, selanjutnya perusahaan melakukan manajemen stok. Jikalau sudah penuh, maka pengiriman tidak perlu dilakukan.
Namun, jika ada kontrak pembelian dan kapal sudah mulai bersandar di darmaga. Maka sebelumnya harus dilakukan proses pemanasan CPO yang sudah masuk ke dalam bulking itu dengan temperature 48-50 derajat celcius.
Pemanasan bulking itu kata Erik menggunakan boiler dengan bahan bakar cangkang sawit yang ramah lingkungan dan mudah didapat karena merupakan salah satu limbah dari kelapa sawit. "Proses pemanasan atau pendidihan CPO di bulking itu dilakukan ketika ada kapal yang akan membeli," terang dia.
Erik mengungkapkan, proses pemanasan dilakukan agar CPO di dalam bulking bisa kembali mencair, sebab ada kemungkinan CPO membeku di dalam bulking saat ada pembeli yang akan memindahkannya ke kapal. "Kalau sudah beku, akan susah memompanya ke palka-palka kapal," terang dia.
Dari bulking station itu untuk mengalirkan CPO yang akan dibeli, perusahaan menggunakan selang panjang di fasilitas jetty."Ini dalam laut di darmaga 7 meter, jadi kapal bisa bersandar untuk mengambil CPO," ungkap dia.
Untuk tata niaga CPO di sini memakai sistem pembeliannya free on board. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan muatan jika sudah dilakukan pembokaran di gudang atau tangki milik pembeli. Artinya, perusahaan penjual tidak lagi bertanggung jawab apabila muatan berkurang.
Erik menjelaskan untuk mengisi kapal yang membeli CPO di dermaga itu hanya membutuhkan 1 jam untuk 200 ton. Biasanya kontrak yang diperoleh perusahaan untuk satu kapal bisa memuat CPO hingga 4.000 ton sekali angkut.
Sementara itu, Rizka Dewi Sekretaris Perusahaan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) menjelaskan saat ini beberapa sistem sedang dikembangkan perusahaan untuk memudahkan operasional, antara lain ketika perusahaan sedang membutuhkan bahan bakar solar untuk truk tangki yang akan melakukan operasional mengangkut buah sawit dan CPO tentu harus tersedia dengan cepat. "Jangan sampai kita menunggu dan kosong," ujar dia.
Menurutnya, beberapa sistem ini adalah hasil dari inovasi perusahaan untuk memudahkan dalam bekerja dan pengawasan. "Itu menjadi salah satu inovasi kita. Arahnya kesana, digitalisasi, barcode, jadi kita bisa tahu buah sawit diambil dari mana dan dari blok berapa," ungkap Rizka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News