Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fasilitas pemurnian dan pemrosesan atau smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) telah siap berproduksi.
Smelter tembaga milik Freeport telah mulai produksi pada awal Juni 2024. Sedangkan smelter tembaga milik Amman direncanakan mulai produksi pada kuartal IV-2024.
VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Katri Krisnati mengatakan, katoda tembaga yang dihasilkan dari smelter baru PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur akan tersedia untuk penjualan domestik atau diekspor ke berbagai pembeli di luar negeri.
"Smelter PTFI telah beroperasi mulai bulan Juni 2024 dengan produksi pertama pada bulan Agustus 2024," kata Katri kepada Kontan, Rabu (17/7).
Katri menuturkan, produk akhir utama dari smelter PTFI berupa katoda tembaga, emas dan perak batangan. Sementara produk sampingnya berupa asam sulfat, terak tembaga, Platinum Gorup Metals dan selenium.
Smelter tembaga PTFI tersebut akan menyerap tembaga dalam negeri sebesar 1,7 juta per tahun. Smelter tembaga ini juga merupakan smelter dengan desain single line atau jalur tunggal terbesar di dunia.
Baca Juga: Amman Mineral Internasional (AMMN) Genjot Penyelesaikan Proyek Smelter Tembaga
Selain menghasilkan katoda tembaga sebesar 600.000 - 700.000 ton per tahun, smelter tersebut juga dapat mengolah produk sampingan dari tembaga yakni lumpur anoda menjadi emas hingga 50-60 ton emas murni per tahun dan 220 ton perak per tahun.
Adapun untuk katoda tembaga akan dibeli dari pembeli dalam negeri yaitu PT Hailiang Group di Gresik dengan permintaan 100 ribu ton per tahun. Dengan beroperasinya smelter tembaga kedua milik Freeport ini, Freeport akan mampu menyerap dan mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Totalnya dari kedua smelter tembaga tersebut, Freeport bisa memproduksi 1 juta ton katoda tembaga per tahun.
Luas pabrik tembaga raksasa ini mencapai 100 hektare dengan investasi kumulatif untuk proyek smelter ini mencapai US$ 3,7 miliar atau Rp 58 triliun.
Sementara itu, anak perusahaan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yaitu PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) tengah menyelesaikan proses komisioning smelter tembaga di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Per 31 Mei 2024, kemajuan proyek yang juga merupakan proyek strategis nasional ini telah mencapai 95,5% dan diperkirakan akan memulai produksi katoda tembaga pada kuartal keempat 2024.
Smelter ini dirancang memiliki kapasitas input terpasang sebesar 900.000 ton konsentrat per tahun (ktpa). Selain itu, smelter ini akan menghasilkan produk akhir berupa 222.000 ton katoda tembaga per tahun (tpa), serta asam sulfat, emas batangan, perak batangan, dan selenium.
Saat ini konstruksi fisik dan mechanical completion telah selesai, dan progres smelter menyisakan 5 persen lagi, yang merupakan tahapan komisioning yang tengah dalam proses. Proses komisioning, yang dimulai pada awal Juni 2024, dijadwalkan berlangsung selama lima bulan.
Selama periode ini, berbagai tahapan pengujian peralatan dan infrastruktur akan dilakukan untuk memastikan semua sistem berfungsi optimal sebelum memulai produksi komersial.
“Proyek smelter AMMAN kini tengah berada dalam proses komisioning, yang direncanakan akan berlangsung selama lima bulan sejak awal Juni. Salah satu tahap dalam proses komisioning tersebut adalah masuknya konsentrat tembaga sebagai feed smelter. Sementara itu, produksi katoda tembaga pertama dari smelter dijadwalkan pada kuartal keempat tahun 2024,” kata Presiden Direktur AMNT, Rachmat Makkasau, Jumat (12/7).
Pada tahun 2023, kontribusi AMNT terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumbawa Barat mencapai 82%, menegaskan pentingnya peran perusahaan ini dalam perekonomian daerah.
Dalam menggarap pembangunan smelter ini, AMNT bekerja sama dengan kontraktor internasional, termasuk China Non-ferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co., Ltd (NFC) dan PT Pengembangan Industri Logam (PT PIL), untuk memastikan proyek smelter ini memenuhi standar global dalam waktu yang tepat.
Proyek ini diharapkan menjadi salah satu fasilitas peleburan double-flash tercepat yang dibangun di luar Tiongkok.
Baca Juga: Realisasi Investasi Sektor Minerba Capai US$ 2,4 miliar di Semester I-2024
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli menilai dengan beroperasinya smelter tembaga milik Freeport dan Amman tersebut akan berdampak positif bagi Indonesia karena konsentrat sudah bisa diolah di dalam negeri.
"Artinya Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah lebih dari kegiatan proses lanjutan ini," ungkapnya kepada Kontan, Rabu (17/7).
Menurut Rizal, Indonesia bisa mengcover mineral-mineral ikutan yang selama ini diolah di luar negeri. Diharapkan dengan beroperasinya smelter kedua perusahaan tersebut industrialisasi di Indonesia bisa ditingkatkan sampai menjadi produk akhir (end product).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News