Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal pekan ini pergerakan harga minyak terpantau melaju bullish. Situasi geopolitik di Timur Tengah yang kian memanas menambah kekhawatiran akan mengganggu pasokan minyak dari wilayah produksi utama minyak tersebut.
Berdasarkan data Trading Economics pada Senin (12/8) pukul 10.44 WIB, harga minyak WTI bertengger di US$ 77,02 per barell atau naik 0,24% dalam 24 jam terakhir. Sementara minyak Brent di US$ 79,76 per barel atau naik 0,13%.
Research and Development ICDX, Yoga Tirta mengatakan bahwa potensi Iran untuk melancarkan serangan balasan yang dipicu oleh pembunuhan pemimpin Hamas kian menguat.
Baca Juga: Produksi Minyak Rusia Pada Juli Melampaui Kuota yang Disepakati dengan OPEC+
"Diperkirakan serangan akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan, sebelum pembicaraan gencatan senjata Gaza yang dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis nanti," tulisnya dalam riset, Senin (12/8).
Sementara itu, kelompok Hamas pada hari Minggu menyatakan keraguan untuk menghadiri perundingan baru untuk membahas kelanjutan gencatan senjata Gaza. Sumber dari Hamas juga meminta agar pihak mediator untuk menyampaikan rencana gencatan senjata berdasarkan negosiasi yang telah dilakukan sebelumnya, alih-alih memulai kembali negosiasi baru.
Selain geopolitik, harga minyak didorong potensi penurunan alokasi ekspor minyak mentah Saudi ke China sekitar 3 juta barel menjadi 43 juta barel pada bulan September mendatang.
Sementara itu, Baker Hughes melaporkan perusahaan energi AS menambah jumlah rig minyak dan gas alam untuk ketiga kalinya dalam empat minggu. Jumlah rig minyak dan gas secara total naik dua rig menjadi 588 rig, dan untuk rig minyak sendiri naik tiga rig menjadi 485 rig.
Baca Juga: Kinerja Emiten Migas Kompak Menguat, Intip Rekomendasi Sahamnya
Kenaikan tersebut sekaligus menguatkan indikasi tambahan output AS pada masa mendatang. "Ini menyusul proyeksi terbaru dari EIA yang memperkirakan output minyak mentah AS naik menjadi 13,2 juta bph pada tahun 2024, dari rekor sebelumnya 12,9 juta bph pada tahun 2023," paparnya.
Dari teknikal, Yoga juga melihat harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 79 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 75 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News