Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di era persaingan yang semakin ketat dan perilaku konsumen yang terus berubah, inovasi digital telah menjadi kebutuhan mendesak bagi setiap perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang.
Konsumen masa kini terbiasa mendapatkan layanan cepat, personal, dan mudah diakses kapan saja. Kehadiran media sosial, aplikasi seluler, dan e-commerce membentuk ekspektasi baru, di mana pengalaman instan dan relevan menjadi standar. Tanpa kemampuan beradaptasi melalui teknologi, perusahaan berisiko tertinggal dan kehilangan daya saing.
Menyadari hal itu, MoEngage menggelar #GROWTH Summit 2025 yang menghadirkan sejumlah pakar industri, CXO, dan pemimpin terkemuka di bidang marketing, customer engagement, teknologi informasi, dan pertumbuhan bisnis.
“Forum ini menjadi wadah berbagi dan diskusi bagi para pelaku di industri perbankan, keuangan, ritel, dan teknologi informasi, terutama mengenai pentingnya inovasi digital dalam rangka peningkatan customer engagement untuk menjaga keberlangsungan bisnis,” kata Roy Simangunsong Country Head Moengage dalam keterangannya, Jumat (8/8).
Baca Juga: Peran INA Digital dalam Kembangkan Layanan Digital Pemerintah
Dalam salah satu diskusi panel di ajang #GROWTH Summit 2025, Wakil Ketua Komtap II Kajian Ekonomi Global Strategis Kadin, Josua Pardede, mengingatkan potensi membanjirnya produk China ke Indonesia akibat kebijakan tarif 30% yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Kebijakan ini membuat produk China sulit masuk ke pasar AS, sehingga Beijing diperkirakan mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia. “Produk China yang terhambat masuk ke AS berpotensi membanjiri Indonesia,” ujar Josua.
Meski demikian, ia optimistis pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan terus melesat hingga 2030, dengan kontribusi diproyeksikan melampaui 5% terhadap PDB.
Sementara itu, Direktur TI BNI sekaligus Ketua Bidang IT & Operation Perbanas, Toto Prasetio, menawarkan tiga solusi menghadapi disrupsi perbankan: modernisasi sistem untuk mendukung hyper-personalization, pengembangan SDM, dan penguatan keamanan siber. “Teknologi, keamanan, personalisasi, dan SDM harus disiapkan secara terpadu,” tegasnya.
Layanan Keuangan Syariah dan Emas
Head of Sharia Consumer Banking CIMB Niaga, Bung Aldilla, memaparkan tiga fokus utama perusahaan dalam meningkatkan layanan consumer banking syariah.Pertama, penguatan platform digital untuk menyediakan layanan end-to-end yang mudah diakses semua kalangan, dari anak muda hingga pensiunan.
Baca Juga: Transaksi Digital di Bank Besar pada Semester-I 2025 Masih Meriah
Kedua, kolaborasi dengan ekosistem Islam seperti sekolah Islam, komunitas hijrah, dan rumah sakit guna memperluas jangkauan pasar. Ketiga, peningkatan literasi keuangan syariah. Meski tingkat literasi nasional 2025 sudah mencapai 44–46 persen, tingkat inklusinya dinilai masih tertinggal.
Sementara itu, Head of Bullion Business Pegadaian, Kadek Eva Suputra, memaparkan strategi membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan gadai, tabungan, dan bank emas (bullion bank) melalui empat langkah.
Pertama, transformasi produk dan layanan emas sejak 2018, didorong tren kenaikan harga emas—32 persen pada 2024 dan rata-rata 12,3 persen per tahun dalam 20 tahun terakhir. Kedua, peluncuran platform teknologi untuk menghadirkan layanan emas digital yang sebelumnya hanya tersedia secara konvensional.
Ketiga, penguatan operasional untuk mendukung transformasi. Keempat, perubahan budaya dan mindset organisasi agar selaras dengan inovasi.
Kadek menegaskan, integrasi teknologi dalam layanan emas digital akan memperkuat pengalaman merek (brand experience) bagi nasabah Pegadaian.
Selanjutnya: Harga Emas Berjangka Pecah Rekor Imbas Ketidakpastian Tarif Impor Emas
Menarik Dibaca: Lion Group Resmikan Lion Hub Halim, Perkuat Ekosistem Logistik Terintegrasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News