kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.306   -72,00   -0,44%
  • IDX 7.490   -13,57   -0,18%
  • KOMPAS100 1.062   5,79   0,55%
  • LQ45 796   5,98   0,76%
  • ISSI 254   -0,56   -0,22%
  • IDX30 410   -1,10   -0,27%
  • IDXHIDIV20 470   0,28   0,06%
  • IDX80 120   0,90   0,75%
  • IDXV30 124   0,93   0,76%
  • IDXQ30 131   0,00   0,00%

Riset AWS: Adopsi AI Tumbuh 47%, Startup Ungguli Korporasi dalam Inovasi Teknologi


Kamis, 07 Agustus 2025 / 19:58 WIB
Riset AWS: Adopsi AI Tumbuh 47%, Startup Ungguli Korporasi dalam Inovasi Teknologi
ILUSTRASI. PT Helios Informatika Nusantara (Helios) resmi ditunjuk sebagai distributor resmi Amazon Web Services (AWS).


Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adopsi teknologi artificial intelligence (AI) di Indonesia menunjukkan pertumbuhan signifikan mencapai 47% secara tahunan. Namun, riset terbaru dari Amazon Web Services (AWS) mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi tersebut masih dominan pada tahap dasar, terutama di kalangan perusahaan besar.

Dalam studi bertajuk Unlocking Indonesia’s AI Potential yang dilakukan AWS bersama Strand Partners, terungkap bahwa dari sekitar 18 juta pelaku usaha yang telah mengadopsi AI hingga 2024, hanya sebagian kecil yang menggunakannya secara transformatif.

Sebanyak 76% responden menyatakan penggunaan AI masih terbatas untuk efisiensi operasional dan otomasi proses. Hanya 10% bisnis yang mengintegrasikan AI secara menyeluruh dalam pengambilan keputusan dan pengembangan model bisnis baru.

“Sebagian besar korporasi masih memposisikan AI sebagai alat pendukung, bukan sebagai bagian inti dari strategi bisnis,” ujar Anthony Amni, Country Manager AWS Indonesia, saat media gathering di Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Baca Juga: Siloam Genjot Transformasi Digital lewat AWS, Perkuat Layanan Kesehatan Berbasis AI

Kesenjangan terlihat jelas antara startup dan perusahaan besar. Sebanyak 34% startup telah memanfaatkan AI untuk meluncurkan produk atau layanan baru, dibandingkan hanya 21% dari perusahaan besar. Selain itu, 52% startup sudah menggunakan AI dalam berbagai aspek bisnis, sedangkan hanya 22% perusahaan besar yang memiliki strategi AI komprehensif.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan rintisan lebih adaptif dan progresif dalam menjadikan AI sebagai pendorong inovasi bisnis.

“Startup menjadi motor utama inovasi di sektor AI karena mampu bereksperimen dengan lebih cepat dan merespons kebutuhan pasar secara lincah,” ungkap Nick Bonstow, Direktur Strand Partners.

AWS memperingatkan bahwa tren ini bisa menimbulkan risiko ekonomi “dua tingkat”, di mana hanya kelompok usaha berbasis teknologi yang mampu bertumbuh, sementara korporasi tradisional tertinggal dalam daya saing.

Hambatan terbesar dalam pendalaman AI menurut survei adalah keterbatasan sumber daya manusia. Sebanyak 57% pelaku usaha menyebut kurangnya tenaga kerja terampil sebagai faktor penghambat utama.

Baca Juga: Perfect Corp Kembangkan Teknologi AI-AR untuk Berbagai Industri

Sementara itu, hanya 21% pelaku usaha merasa bahwa tenaga kerja mereka saat ini telah siap menghadapi era AI, meskipun diperkirakan 48% pekerjaan masa depan akan membutuhkan literasi AI.

Di sisi lain, 41% startup juga menyoroti pentingnya akses pendanaan dan modal ventura sebagai syarat keberhasilan ekspansi bisnis berbasis AI.

“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat AI regional, tapi diperlukan intervensi strategis dalam pembangunan keterampilan dan arah regulasi yang pro-pertumbuhan,” ujar Anthony.

Sejak 2021, AWS telah menggelontorkan investasi senilai US$5 miliar untuk membangun Wilayah Asia Pasifik (Jakarta), yang diproyeksikan menciptakan 24.700 lapangan kerja per tahun dan menyumbang US$10,9 miliar terhadap PDB Indonesia hingga 2036.

AWS juga telah melatih lebih dari 1 juta orang Indonesia melalui berbagai program keterampilan cloud, termasuk AWS Skill BuilderAWS Educate, dan AWS re/Start. Inisiatif Terampil di Awan turut menyasar pelajar vokasi, penyandang disabilitas, hingga pelaku UMKM di wilayah terpencil.

Laporan tersebut merekomendasikan tiga langkah prioritas agar Indonesia tidak tertinggal dalam transformasi digital: investasi SDM berbasis industri, regulasi yang kondusif terhadap inovasi, dan kepemimpinan pemerintah dalam penerapan AI di sektor publik.

“Tingginya angka adopsi AI adalah sinyal positif. Namun, tantangan yang dihadapi pelaku usaha—terutama korporasi besar—harus segera direspons agar potensi ekonomi digital Indonesia bisa dioptimalkan,” tegas Anthony.

Baca Juga: Sejumlah Layanan Kripto Global dan Lokal Terdampak Gangguan Sistem AWS

Selanjutnya: Pasar Motor Lesu, Astra (ASII) Tetap Optimistis Hadapi Semester II-2025

Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Warna Lipstik yang Membuat Wajah Cerah Menurut MUA Internasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×