kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Mencari Untung dari Lucunya Boneka Davido


Rabu, 07 Mei 2008 / 14:10 WIB
Mencari Untung dari Lucunya Boneka Davido


Reporter: avanty nurdiana | Editor: Test Test

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa penggemar boneka memang banyak. Bukan cuma anak-anak, orang dewasa pun iya. Bahkan, bisa-bisa mereka tak puas pada satu boneka. Apa­lagi kalau mereka sudah masuk kelas kolektor.

Karena banyak yang suka, tentu bisnis boneka juga tak ba­kal mati. Dhora Lie, seorang be­kas karyawan sebuah pabrik boneka, tahu persis hal itu. Se­jak 2003 silam, dia meniti usaha pembuatan boneka merek Davi­do Toys. Selain paham seluk beluk pembuatan boneka, Dho­ra memang suka boneka. "Kare­na hobi, sih," ujarnya.

Ia mengaku banyak melihat peluang dalam bisnis boneka. Kebanyakan orang tua sudah mengenalkan boneka pada buah hatinya sejak usia masih sangat dini. "Ini, peluang yang besar," tambahnya.


Namun, jangan membayang­kan bisnis Dhora skalanya su­dah sangat besar. Ia mengaku, baru bisa memproduksi boneka paling banyak 7.000 buah saban bulan. Namun, bukan berarti Dhora tak bisa memproduksi lebih dari volume itu. "Ini saya sesuaikan dengan jumlah per­mintaan yang datang. Bisa lebih. Tapi kalau permintaan kurang. Tidak mau, dong, saya membuat dengan jumlah segini," seloroh­nya. Kadangkala ia mengaku kewalahan menerima pesanan. Dhora menetapkan harga varia­tif terhadap boneka-bonekanya, yaitu antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 250.000 per item.

Permintaan paling banyak datang dari supermarket, mal, dan toko di Jakarta. Dhora juga memasarkan ke beberapa wila­yah di Indonesia. "Daya beli masyarakat paling banyak di Jakarta makanya penjualan ter­besar pun di sini," jelasnya. Bia­sanya dia juga meminta pembeli langsung datang ke rumah pro­duksinya sehingga dia tidak perlu repot-repot untuk mendis­tribusikan produknya.

Boneka Davido memang tidak setenar boneka Barbie, yang pasarnya sudah mendunia. Pe­minat produk Dhora masih se­batas di dalam negeri. "Saya baru memasarkannya ke super­market saja," ujarnya.

Namun, Dhora berani meng­klaim, produknya mempunyai karakter yang berbeda diban­dingkan dengan boneka hasil karya yang lain. Ia mengaku memproduksi 20 jenis boneka. Mulai dari boneka beruang, an­jing, sapi, babi dan masih ba­nyak lagi.

Bahan khusus

Ia membuat karakter boneka­nya selucu mungkin. "Kami me­nyesuaikan dari permintaan yang datang saja," ungkap Dho­ra. Yang jelas, selain soal karak­ter, Dhora juga sangat memper­hatikan kualitas bahan. Karena itu, ia berusaha mencari bahan boneka dari bahan yang lembut, dan jahitan yang halus dan rapi.

Dhora memang menggunakan bahan baku yang tak gampang ditemukan di pasar, seperti ba­han baku velboa, yakni bahan baku khusus kulit boneka yang ketebalannya dua milimeter. "Bahan bakunya sulit dicari ka­rena tidak umum dijual di pa­sar," ujar Dhora. Ia harus memesan ke pabrik untuk mendapatkan bahan ini. Dhora menuturkan tahapan-ta­hapan pengerjaan bonekanya. Mula-mula bahan baku tersebut dibuat pola. Baru kemudian se­telah berbentuk pola, bahan tersebut kemudian dipotong se­suai pola. Dijahit dan selanjut­nya adalah proses finishing.

Ketika mengawali usaha ini Dhora, ia mengeluarkan modal sebesar Rp 50 juta. Modal ini ia gunakan untuk membeli mesin, alat produksi, dan bahan pro­duksinya. Karena produknya masih belum banyak dikenal, usahanya masih berjalan lam­bat. Ia mengatakan baru menda­patkan modalnya kembali sete­lah 2 tahun. "Tapi setelah dua tahun itu, permintaan sudah mulai mengalir," ungkapnya.
Sekarang Dhora sudah mem­perkerjakan sedikitnya 25 kar­yawan. Semua karyawannya adalah perempuan. Tak jelas, mengapa Dhora memilih hanya pekerja perempuan. Yang pasti, Dhora mengaku memilih tenaga kerja melalui seleksi khusus. "Semuanya bisa mengerjakan boneka, hanya ada yang bisa cepat dan ada yang tidak," tutur­nya. Sebelum pekerja masuk ke proses produksi dia harus meng­ajarinya selama kurang lebih sebulan.

Bagi pemula, Dhora menya­rankan pemain baru mempunyai ketrampilan dulu sehingga me­reka dapat menjalankan usaha ini sendiri dulu. Kalau sudah mahir, baru kemudian mereka melatih karyawannya. "Kita juga harus melihat model boneka seperti apa yang sedang digema­ri oleh konsumen," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×