Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menghadapi sejumlah tantangan di tahun ini. Pencapaian emiten konstruksi pelat merah tersebut kurang menggairahkan hingga kuartal III-2022.
Pendapatan WIKA sebesar Rp 12,79 triliun hingga September 2022. Realisasi itu tumbuh 9,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,64 triliun.
Kendati pendapatan naik, WIKA malah mencetak rugi bersih sebesar Rp 27,96 miliar per kuartal III-2022. Padahal, di September 2021 WIKA masih membukukan laba bersih Rp 104,93 miliar.
Analis Pilarmas Investindo Desy Israhyanti mengatakan bahwa WIKA masih berupaya menekan beban operasional untuk setiap pos beban operasi terlihat dari penurunan beban sebesar 23%. Hanya saja, dari sisi Cost of Good Solds (COGS) memang masih terpantau naik sebesar 10%.
Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat, Cermati Saham Rekomendasi Analis untuk Senin (28/11)
WIKA juga mengalami kerugian dari anak usahanya yaitu penurunan laba dari joint venture (JV) dan kenaikan pajak di tengah kenaikan pendapatan yang cenderung terbatas. "Hal ini membawa penurunan laba yang cukup signifikan," ujar Desy kepada Kontan.co.id, Selasa (29/11).
Sentimen positif bagi WIKA yaitu dari proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang telah dimenangkan. Seiring hal tersebut, proyek-proyek infrastruktur sudah dimulai di tengah pemulihan ekonomi dalam negeri.
Hanya saja, lanjut Desy, bisnis WIKA masih dalam ancaman inflasi tinggi. Kenaikan harga bahan baku, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 11%, dan kenaikan suku bunga ikut membebani cost of fund emiten konstruksi seperti WIKA. Sebagaimana bisnis dasarnya masuk dalam capital intensive atau padat modal.
"Tak hanya itu, tantangan WIKA dari sisi likuiditas yang masih tertekan meskipun tekanannya melandai, imbuh Desy.
Meskipun WIKA memimpin dalam raihan kontrak baru dalam bidang konstruksi per Oktober, namun realisasinya masih 61% dari target raihan yang dipatok.
Baca Juga: Kontrak Baru Emiten BUMN Karya Melonjak
Karena itu, Desy memperkirakan raihan kontrak baru WIKA pada 2022 hanya tembus sebesar Rp 34 triliun atau 81% dari target. Tahun ini, Wijaya Karya membidik kontrak baru sekitar Rp 42 triliun.
Pertimbangan itu pula yang mendorong Pilarmas Investindo untuk merevisi turun pendapatan dan laba WIKA masing-masing menjadi Rp 17 triliun dan Rp 7,4 miliar hingga akhir tahun ini.
Analis JP Morgan Arnanto Januri dalam riset 13 Oktober 2022 menjelaskan bahwa modal kerja terbatas akan menghambat WIKA meraih kontrak baru di semester kedua 2022 dan tahun depan.
"Neraca keuangan WIKA menggambarkan modal kerja yang terbatas di jangka pendek. Hal itu dapat membatasi kemampuannya menyerap proyek baru," tulis Arnanto dalam riset, (13/10).
Salah satunya tekanan bakal datang dari mundurnya rencana pengoperasian proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ke Juni 2023. Padahal, sebelumnya proyek diyakini dapat rampung pada semester kedua tahun ini.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Bersiap Garap Jalan Tol Terpanjang di Jalur Selatan Pulau Jawa
Arnanto mencermati WIKA akan mengalami rugi bersih setelah proyek kereta cepat beroperasi secara komersial, yang negatif untuk prospek profitabilitasnya. Kondisi keterlambatan dalam pelaksanaan proyek itu akan menimbulkan kerugian bagi marjin.
Analis NH Korindo Sekuritas Arief Machrus dalam riset 13 September 2022 juga menilai bahwa WIKA tengah mengalami kendala pembebasan lahan dan relokasi proyek kereta api cepat, sehingga membuat estimasi biaya bertambah.
"WIKA memiliki tantangan biaya yang meningkat dari proyek kereta api berkecepatan tinggi," tutur Arief dalam riset, (13/9).
Di sisi lain, Arief memantau terdapat risiko pencapaian kontrak baru WIKA bakal di bawah target. Hal itu seiring dengan potensi kenaikan biaya konstruksi dan bahan bangunan, serta suku bunga pinjaman.
Namun, dia mengapresiasi langkah WIKA untuk memitigasi risiko sejalan dengan tren kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) . Dimana WIKA sudah melakukan refinancing sejumlah utang menjadi obligasi dan sukuk.
Baca Juga: Intip Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Kamis (17/11)
Desy merekomendasikan HOLD untuk saham WIKA dengan target harga dalam rentang Rp 880 per saham - Rp 935 per saham.
Arief mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham WIKA dengan target harga Rp 1,280 per saham.
Sementara, Arnanto menurunkan rekomendasi saham WIKA menjadi Underweight (UW) dengan target harga lebih rendah sebesar Rp 800 per saham. Sebelumnya, harga saham WIKA dipatok senilai Rp 1,200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News