kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.306   -69,00   -0,42%
  • IDX 7.509   5,22   0,07%
  • KOMPAS100 1.066   10,02   0,95%
  • LQ45 798   8,78   1,11%
  • ISSI 255   0,23   0,09%
  • IDX30 412   0,30   0,07%
  • IDXHIDIV20 471   1,73   0,37%
  • IDX80 120   1,32   1,11%
  • IDXV30 124   1,45   1,18%
  • IDXQ30 132   0,40   0,30%

Mendag: Hybrid Omnichannel Jadi Solusi Hadapi Fenomena Rojali


Kamis, 07 Agustus 2025 / 13:53 WIB
Mendag: Hybrid Omnichannel Jadi Solusi Hadapi Fenomena Rojali
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Budi Santoso.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai maraknya fenomena “rojali” alias rombongan jarang beli merupakan dampak dari transformasi dalam pola belanja masyarakat, dari toko fisik ke platform online.

“Jadi sekarang ini karena antara offline dan online ini kan lagi transformasi ya. Sebagian besar sudah belanja ke online,” ujar Budi dalam acara Kick Off ASEAN Online Sales Day (AOSD) di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Ia menyebut, perubahan perilaku tersebut berdampak pada turunnya minat belanja langsung di toko fisik. Namun, kondisi ini bisa menjadi peluang bagi pelaku usaha offline untuk ikut merambah ke e-commerce.

“Akhirnya yang berdagang offline merasa terdesak. Tetapi kita ada solusinya yaitu dengan hybrid omnichannel. Sekarang kan banyak yang katanya fenomena hanya melihat-lihat ya, atau Rojali," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa fenomena konsumen yang hanya melihat-lihat tanpa membeli merupakan bagian dari hak konsumen. Publik diberi kebebasan untuk memilih ingin bertransaksi secara langsung di toko atau melalui platform digital.

Baca Juga: Kemendag Dorong Produk UMKM Kuasai Ritel Modern

Budi juga menyinggung peran fitur live shopping yang kini marak digunakan di marketplace. Menurutnya, pendekatan visual dan interaktif itu menjadi solusi dari keraguan konsumen terhadap produk yang hanya dilihat melalui gambar.

“Live shopping itu cara baru untuk mendekatkan produk dengan konsumen. Kalau hanya lihat gambar, kadang kurang yakin. Tapi kalau bisa lihat langsung lewat live, konsumen jadi lebih percaya dan mau beli,” jelasnya.

Ia menambahkan, situasi ini mirip dengan masa awal kehadiran ritel modern yang sempat meminggirkan toko kelontong. Namun, melalui pola kemitraan dan pelatihan manajemen, toko kelontong kini mampu bertahan. Hal serupa dinilai bisa diterapkan pada era digital saat ini.

Baca Juga: E-commerce Asing Kian Dominan, Kemendag Siapkan Langkah Jaga Ekosistem Digital

“E-commerce tidak hanya menjual, tapi juga mengajarkan bagaimana mengemas produk dengan baik, program promo yang menarik, dan strategi penjualan. Ini harus dilakukan bersama agar kita tidak tertinggal dari negara lain,” katanya.

Budi menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong UMKM masuk ke ekosistem digital, terutama mereka yang berada di desa-desa. Produk-produk lokal dinilainya memiliki potensi besar untuk bersaing di dalam negeri maupun pasar ekspor.

Baca Juga: Sociolla Buka Gerai ke-4 di Bali,Permudah Beauty Enthusiast Dapat Layanan Omnichannel

Selanjutnya: Sri Mulyani Ungkap Dana Abadi Pendidikan 2026 Bisa Tembus Rp 175 Triliun

Menarik Dibaca: Benarkah Minum Kopi di Pagi Hari Bisa Bikin Umur Panjang? Ini Kata Ahli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×