Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan telah mengajukan permintaan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia untuk membuka kembali keran ekspor konsentrat tembaga.
Tito beralasan, saat ini pertumbuhan ekonomi disejumlah daerah yang memiliki tambang tembaga dan konsentrat tembaga sedang mengalami penurunan. Bahkan dalam data Kemendagri minus karena terkendala kinerja pabrik pemurnian atau smelter tembaga.
"Kami sudah menyampaikan kepada Pak Bahlil, apa mungkin sambil menunggu smelter jadi, ini ekspor (konsentrat) tetap dilanjutkan, karena kalau tidak akan berdampak Kepada angka pertumbuhan, ekonominya menjadi minus," ungkap Tito dalam agenda Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025, Senin (20/10/2025).
Baca Juga: Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport Sudah Habis, Larangan Ekspor Kembali Berlaku
Tito menyebut, provinsi di Indonesia yang mengalami penurunan yaitu Papua Tengah dan Nusantara Tengah Barat (NTB) mencatatakan produk domestik bruto (PDB) sebesar -0,82% dan -9,83% secara year on year (YoY) pada kuartal II/2024.
"Ini yang tertinggi, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Kepri (Kepulauan Riau). Yang terendah itu adalah Papua Tengah, ini terutama karena Freeport, kemarin sempat ada longsor, ada smelter yang terbakar juga. Dan sekarang sudah di-hold semua (produksi)," ungkap Tito.
Lalu di NTB, Tito menyebut terdapat smelter tembaga Amman Mineral (AMMN) yang terletak di Sumbawa Barat, NTB, tepatnya di Kecamatan Sekongkang.
Saat ini menurut Tito, smelter tembaga Amman sedang dalam tahap komisioning atau pengujian sebelum operasional penuh. Sehingga tidak diizinkan mengekspor konsentrat tembaganya keluar.
"Yaitu ada perusahaan tambang yang namanya Amman itu diperintahkan untuk melakukan hilirisasi membangun smelter, karena membangun smelter kemudian ekspor (konsentrat tembaga) ditahan," ungkap dia.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Freeport Belum Ajukan Perpanjangan Izin Ekspor Konsentrat Tembaga
Menurutnya karena ekspor ini dilarang, menyebabkan pertumbuhan ekonomi NTB menyentuh minus 0,82%.
"Pertumbuhan ekonominya langsung minus. Belum pernah NTB itu minus, ini minus 0,82%," kata Tito.
Lebih lanjut Tito menghimbau kepada para kepala daerah agar memperhatikan pertumbuhan ekonomi masing-masing. Agar target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,4% di tahun 2026 dapat tercapai.
"Kami selalu menyampaikan kepada teman-teman, kepala daerah melihat pertumbuhan ekonominya masing-masing. Agar di atas nasional, supaya bisa yang sekarang 5,12%, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti yang diharapkan Presiden (Prabowo), yaitu mencapai atau mendekati angka 6%," tutupnya.
Selanjutnya: MPOC: Harga CPO Diproyeksi Bertahan di Atas US$ 1.042 per Ton hingga 2026
Menarik Dibaca: Promo Indomaret Harga Spesial 21 Oktober-3 November 2025, Sunlight Botol Diskon 25%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News