Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Masa suram Perkebunan terjadi pada masa pendudukan Jepang dikarenakan segala lapangan kegiatan ditujukan untuk menopang usaha perang untuk memenuhi bahan pangan, utamanya beras dan diadakan wajib setor sehingga banyak perkebunan yang terlantar dan menghentikan usahanya.
“Harapan baru kebangkitan Perkebunan setelah 8 tahun kemerdekaan RI, dilandasi SK Penguasa Meliter/MenhankamNo.1063/PM.T/1957 diikuti Surat Keputusan Menteri Pertanian No.229/UM/57 tanggal 10 Desember 1957, Pemerintah Indonesia mengambil alih sekitar 500 Perusahaan Perkebunan milik Belanda yang sekaligus kita abadikan sebagai Hari Perkebunan,” papar Manggabarani.
Baca Juga: Pelita Samudera Shipping (PSSI) tambah satu kapal kargo di penghujung tahun ini
Hingga akhirnya berdasarkan data Badan Pusat Statistis (BPS) dan Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa 10 (sepuluh) penyumbang devisa terbesar di Indonesia pada tahun 2017 yang berada pada urutan pertama yaitu dari ekspor komoditas perkebunan kelapa sawit, sebesar 239 triliun.
Selanjutnya baru diikuti, Jasa Pariwisata (Turis Asing) – Rp 190 triliun, Eskpor Tekstil – Rp 159 triliun, Ekspor Migas – Rp 170 triliun, Ekspor Batubara – Rp 150 triliun, Jasa TKI – Rp 140 triliun, Ekspor Elektronik – Rp 80 triliun, Ekspor Hasil Kayu Hutan – Rp 70 triliun, Ekspor Karet – Rp 65 triliun, Ekspor Sepatu dan Sandal – Rp 60 triliun.
Sehingga diharapkan melalui BUN Award ini bisa menciptakan generasi milenial yang mampu meningkatkan kinerja perkebunan lebih baik lagi, baik dari sisi ekspor ataupun produktivitas.
Dalam acara penganugrahan BUN AWARD 2019 media perkebunan penganugrahaan Tokoh SDM Perkebunan kepada Dr Purwadi MS, Tokoh Inspiratif Perkebunan Ir Gamal Nasir MS dan Tokoh Motivator Perkebunan oleh Ir Achamad Manggabarni, MM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News