kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menelusuri Prospek Pasar Moge di Indonesia pada 2023


Kamis, 02 Maret 2023 / 17:30 WIB
Menelusuri Prospek Pasar Moge di Indonesia pada 2023
ILUSTRASI. penjualan moge BMW Motorrad mengalami tren peningkatan pada 2022


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar sepeda motor berukuran besar atau motor gede (moge) tergolong segmentif di Indonesia. Kendati demikian, permintaan terhadap moge sebenarnya tetap tinggi di kalangan pencinta produk tersebut.

CEO BMW Motorrad Indonesia Sukimin Thio menyampaikan, penjualan moge BMW Motorrad mengalami tren peningkatan pada 2022 bila dibandingkan tahun 2021, atau bahkan tahun 2019 yang notabene setahun sebelum pandemi.

Secara umum, BMW Motorrad menjual motor dengan ukuran yang bervariasi mulai dari kapasitas silinder mesin 310 cc sampai dengan 1.800 cc. Banyaknya pilihan motor yang dijual oleh BMW Motorrad turut mempengaruhi karakteristik konsumen produk tersebut.

“Para pelanggan setia kami ada yang tergabung dengan berbagai komunitas BMW Motorrad yang sudah terbentuk di Indonesia,” ungkap dia, Kamis (2/3).

Sukimin percaya, bisnis moge di Indonesia akan kembali mengalami pertumbuhan permintaan pada tahun 2023 seiring berakhirnya masa pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. BMW Motorrad fokus untuk menghadirkan model-model moge yang akan menjawab kebutuhan para konsumennya di Tanah Air.

Baca Juga: Punya Karakteristik Unik, Tren Penjualan Motor Gede Dinilai Sulit Diprediksi

Sekadar informasi, tahun 2023 bertepatan dengan ulang tahun BMW Motorrad yang ke-100, sehingga menjadi tonggak sejarah tersendiri bagi pabrikan tersebut di Indonesia. Maka dari itu, BMW Motorrad berencana meluncurkan moge BMW R 18 dan R NineT edisi 100th Anniversary.

“Pastinya produk ini akan dijual secara terbatas sehingga cocok untuk dijadikan collector item bagi peminatnya,” imbuh dia.

Dikutip dari situs BMW Motorrad Indonesia, BMW R 18 pertama kali diluncurkan secara global pada 2020 lalu di Jerman. Model ini memiliki kapasitas mesin mencapai 1.800 cc dan dihargai mulai dari Rp 969 juta. Sementara itu, BMW R NineT pertama kali dirilis pada 2014 silam. Moge ini berkapasitas mesin 1.170 cc dan dibanderol dengan harga mulai dari Rp 644 juta.

BMW Motorrad juga memiliki sejumlah model moge lainnya seperti BMW K 1600 B, K 1600 B Grand America, R 1250 RT, M 1000 RR, S 1000 RR, dan lain sebagainya.

Dihubungi terpisah, Antonius Widiantoro, Asst. General Manager Marketing-Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) menilai, moge pada dasarnya memiliki segmen pasarnya tersendiri di Indonesia.

Moge yang disediakan oleh Yamaha merupakan produk impor secara utuh atau completely built up (CBU). Kendati tidak dijelaskan rinci, hingga saat ini produk-produk CBU, termasuk moge, yang diimpor Yamaha dari luar negeri selalu memperoleh respons positif dan selalu habis terjual ke konsumen.

“Untuk jangka waktu proses impor, kami ikuti regulasi yang berlaku dan disesuaikan dengan negara-negara mana unit tersebut diproduksi,” terang dia, Kamis (2/3).

Ke depannya, Yamaha sebagai Agen Pemegang Merek (APM) otomotif berusaha untuk menyediakan produk moge sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen Tanah Air.

Baca Juga: Cari Banderol Moge? Cek Harga Motor BigBike Honda yang Tembus Miliaran

Asal tahu saja, Yamaha memiliki beberapa produk moge seperti Yamaha MT09 yang dihargai sebesar Rp 261,5 juta dan memiliki kapasitas mesin 847 cc. Selain itu, terdapat Yamaha MT07 yang dibanderol senilai Rp 220,2 juta dan dibekali mesin berkapasitas 689 cc. Yamaha juga memiliki moge Yamaha V-Max yang bergaya klasik dengan kapasitas mesin 1.679 cc dan dihargai sebesar Rp 418,24 juta.

Sebelumnya, Pengamat Otomotif Bebin Djuana menilai, tren penjualan moge tampak sulit diprediksi lantaran pasarnya yang tergolong segmentif dan unik.

Menurut dia, sebenarnya ada beberapa faktor yang bisa mendorong angka penjualan moge meski tidak bersifat mutlak. Misalnya, kehadiran model moge baru atau moge edisi terbatas yang kemudian terkenal di kalangan pencinta moge. Lalu, kemunculan komunitas baru yang meramaikan komunitas-komunitas moge yang sudah ada juga bisa mempengaruhi permintaan produk tersebut di pasar.

Konsumen pun bisa saja tertarik untuk membeli moge setelah terinspirasi oleh acara-acara yang berkaitan dengan tren penggunaan moge. “Sulit memprediksi naik atau turunnya penjualan moge karena sering kali permintaannya bersifat emosional,” kata dia, Rabu (1/3) malam.

Yang terang, mayoritas pengguna moge adalah masyarakat kalangan atas. Bahkan, ada beberapa model atau merek moge tertentu yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berstatus miliarder.

Hal ini membuat pasar moge tampak semakin segmentif sehingga gambaran prospeknya tidak bisa disamakan dengan pasar sepeda motor pada umumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×