kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Menelusuri Tren Aksi Merger dan Akuisisi Hingga Pertengahan Tahun 2023


Senin, 12 Juni 2023 / 18:48 WIB
Menelusuri Tren Aksi Merger dan Akuisisi Hingga Pertengahan Tahun 2023
ILUSTRASI. Sejumlah aksi korporasi berupa merger dan akuisisi masih cukup ramai terjadi di dalam negeri sepanjang tahun 2023 berjalan.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah aksi korporasi berupa merger dan akuisisi masih cukup ramai terjadi di dalam negeri sepanjang tahun 2023 berjalan, kendati kondisi ekonomi global diliputi ketidakpastian.

Sejumlah perusahaan terlibat dalam transaksi merger dan akuisisi. Misalnya, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang membeli 19,99% kepemilikan saham Nickel Industries Limited (NIC) melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara.

Berdasarkan perjanjian penyertaan modal atau share subscription agreement (SSA), NIC akan menerbitkan 857 juta saham baru kepada Danusa dengan harga AS$ 1,10 per saham. Total nilai akuisisi ini mencapai AS$ 943 juta atau lebih dari Rp 9,3 triliun.

Selain itu, terdapat PT Indobara Utama Mandiri yang mengakuisisi saham Gunung Bara Utama, aset milik terdakwa kasus korups Asabri, Heru Hidayat, senilai Rp 1,94 triliun. 

Baca Juga: Asing Masih Mengincar Bisnis Asuransi Dalam Negeri

Perusahaan ini melakukan transaksi tersebut setelah ditetapkan sebagai pemenang lelang saham Gunung Bara Utama oleh Kejaksaan Agung pada Kamis (8/6) lalu.

Indobara Utama Mandiri dimiliki oleh Abdul Haris Fanny Irhan yang ternyata pemegang saham tidak langsung PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE), melalui PT Prima Mineral Utama.

Bulan Februari lalu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) meralisasikan akuisisi 70% saham PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan 49% saham PT Krakatau Tirta Industri (KTI) yang notabene adalah anak usaha PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Nilai total akuisisi tersebut mencapai Rp 3,24 triliun.

Grup Indomobil melalui PT Indomobil Sukses International Tbk (IMAS) juga melakukan akuisisi saham PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) pada akhir Maret 2023. 

Dalam transaksi ini, Indomobil menggandeng Inchape. Lantas, sebanyak 100% saham Mercedes-Benz Indonesia beralih ke Indomobil sebanyak 30% dan Inchape sebanyak 70%.

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ikut terlibat dalam aksi merger. Saat RUPS akhir Mei lalu, TLKM mendapat restu dari pemegang saham terkait aksi pemisahan segmen usaha (spin-off) IndiHome ke Telkomsel. Secara legal, Indihome resmi beralih ke Telkomsel mulai 1 Juli mendatang.

Kementerian BUMN juga terus menggodok rencana merger BUMN-BUMN Karya. Belum lama ini, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut, pihaknya akan melakukan merger pada BUMN-BUMN Karya skala kecil di bawah Danareksa. Di sisi lain, BUMN-BUMN Karya skala besar akan dikonsolidasikan.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Deswin Nur mengatakan, transaksi merger dan akuisisi menunjukkan peningkatan, terutama berupa transaksi perusahaan asing yang mengambilalih saham perusahaan domestik.

Berdasarkan data KPPU, sepanjang tahun 2022 terdapat 323 notifikasi merger dan akuisisi. Sedangkan dari Januari hingga bulan Juni 2023 berjalan terdapat 75 notifikasi merger dan akuisisi.

Baca Juga: KPPU Ungkap 5 Permasalahan Kemitraan UMKM, Ini Penjelasannya

“Tahun lalu notifikasi m&a (merger dan akuisisi) paling banyak berasal dari sektor industri konstruksi. Untuk tahun ini, kami belum lakukan kalkulasi,” ungkap Deswin, Senin (12/6).

KPPU memperkirakan, jumlah notifikasi merger dan akuisisi pada 2023 akan mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Hal ini seiring perubahan regulasi yang tertuang dalam Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2023.

Salah satu poin yang disoroti Deswin dalam aturan tersebut adalah nilai aset/penjualan yang dihitung sebagai acuan kewajiban notifikasi memperhitungkan aset/penjualan yang dimiliki pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung di Indonesia.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, ancaman resesi global tampaknya tidak menjadi penghalang bagi beberapa korporasi untuk melakukan merger atau akuisisi pada 2023.

Tiap perusahaan tentu telah menetapkan tujuan dan pertimbangan untuk menggelar aksi merger atau akuisisi sejak jauh-jauh hari. Ada perusahaan yang melakukan merger atau akusisi dengan tujuan untuk mengembangkan dan diversifikasi usaha hingga memperkuat fundamental keuangan dan struktur modal perusahaan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda justru beranggapan, berakhirnya rezim suku bunga acuan rendah sejak tahun 2022 serta ketidakpastian global bisa berimbas pada tren merger dan akuisisi di Indonesia sepanjang tahun 2023.

Tingkat suku bunga yang tinggi akan membuat biaya akuisisi membengkak. Modal untuk merger juga meningkat tatkala suku bunga acuan berada di level yang tinggi.

“Tahun ini, ketika rezim suku bunga tinggi masih berlansung, tren merger dan akuisisi berpotensi menurun, kecuali sektor-sektor yang diendorse oleh pemerintah,” tukas Huda, Senin (12/6).

Dia menambahkan, agenda Pemilu serentak pada 2024 juga menjadi pertimbangan bagi para pelaku bisnis yang hendak melakukan aksi merger dan akuisisi. Apalagi, efek Pemilu sudah dirasakan para pengusaha sejak tahun ini.

Bukan tidak mungkin beberapa perusahaan akan cenderung wait and see dan melihat kondisi politik dalam beberapa waktu mendatang, termasuk menunggu arah kebijakan pemerintahan baru Indonesia pasca pemilu. Faktor seperti ini bisa mempengaruhi tren merger dan akuisisi di Tanah Air baik pada sisa tahun ini maupun tahun depan.

Di sisi lain, Nafan memperkirakan peluang maraknya aksi merger dan akuisisi pada tahun politik tetap terbuka. Contohnya, rencana merger BUMN-BUMN Karya yang bakal berlanjut kendati Indonesia memasuki periode tahun politik.

Walau begitu, ia tak menampik potensi aksi wait and see dari para investor di pasar modal jelang Pemilu 2024. Hal ini patut dicermati oleh emiten-emiten yang hendak menggelar aksi merger dan akuisisi dalam waktu dekat.

“Selama tahun politik, para investor pasti akan sangat mempertimbangkan aspek fundamental dan good governance emiten untuk berinvestasi,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×