Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha dan Pengolahan Daging Indonesia (APPDI) mengungkapkan, tahun ini, importir menghadapi kendala serius mengenai keterlambatan penerbitan perizinan impor daging, termasuk daging sapi.
Direktur Eksekutif APPDI Teguh Boediana mengatakan, sebagian izin impor daging tahun 2025 baru terbit pada akhir Oktober, bahkan ada yang November–Desember.
“Padahal kuota impor sekitar 60.000 ton, yang tidak mungkin direalisasikan hanya dalam dua bulan. Mengingat keterbatasan waktu, libur di negara asal seperti Australia, serta lamanya pengiriman vessel (kapal besar),” ujarnya saat dihubungi Kontan, Minggu (14/12/2025).
Baca Juga: Daging Sapi Lokal Baru Memasok 40% dari Kebutuhan Nasional
Teguh mencermati, pemerintah cukup ketat dengan aturan bahwa impor tak boleh melewati batas 31 Desember. Akibatnya, kuota yang telah ditetapkan tak bisa dioptimalkan.
Maka, harapan APPDI ke depan, proses perizinan impor reguler dapat dilakukan dengan tepat waktu.
Kedua, Teguh juga menyoroti penugasan impor daging yang seharusnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 11 Tahun 2022. Di mana, pelaku impor ternak dan produknya tak hanya dari BUMN, tetapi juga swasta.
“Jadi, berikanlah peluang kepada para swasta untuk ikut memasok kepada daging-daging dari negara tertentu ini, agar ada perlakuan yang setara,” tuturnya.
Teguh menambahkan, pemerintah hingga saat ini memang masih belum menetapkan neraca komoditas daging secara resmi. Sehingga, besaran terkait pasokan lokal, impor, dan lainnya masih menunggu keputusan dari rapat koordinasi terbatas (rakortes).
Namun, secara pasokan lokal, APPDI meyakini pemerintah telah menghitung secara cermat untuk 2026 ke depan. “Sebagai gambaran, untuk pasokan lokal itu pemerintah memperkirakan di atas 400 ribu ton,” imbuh Teguh.
Baca Juga: Pelaku Usaha Mengkhawatirkan Dampak Keterlambatan Izin Impor Daging
Sementara itu, terkait harga daging sapi, Teguh bilang fluktuasi harga masih dalam batas wajar dan tak ada lonjakan yang terlalu signifikan.
Menurutnya, harga pada akhirnya dipengaruhi oleh jenis daging, bagian daging, serta kualitas daging. Harga daging sapi pada akhirnya ditentukan oleh mekanisme pasar dan juga sangat tergantung pada dan segmennya. “Ada segmen untuk hotel, restoran, katering, pasar tradisional, hingga supermarket,” kata Teguh.
Selanjutnya: Meski Digitalisasi Meningkat, Kebutuhan Uang Tunai Masih Tinggi saat Nataru
Menarik Dibaca: Dampak Bibit Siklon Tropis 93S Meluas, Cuaca Hujan Lebat di Jawa Bali Nusa Tenggara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













